Makalah Modifikasi Perilaku Addicted Internet
BAB
I
PERMASALAHAN
A.
Latar
Belakang
Meningkatnya
ketersediaan infrastruktur IT akhir-akhir ini, telah menjadikan layanan
internet sebagai media informasi yang semakin populer. Sayangnya tidak semua
layanan internet dapat berdampak positif, bahkan sejauh ini pengguna internet
mulai menunjukkan gejala negatif sebagai dampak dari intensitas penggunaan
internet yang berlebih. Bagi sebagian orang internet memang salah satu media
untuk meningkatkan produktifitas dalam bekerja, meningkatkan kemampuan, sebagai
sumber pustaka tanpa batas dan bahkan menjadikan internet sebagai lahan bisnis
yang menggiurkan, namun bagi sebagian yang lain internet justru membawa dampak
negatif yang sering kita sebut sebagai kecanduan internet. Dampak negatif dari
ketagihan internet adalah semakin meningkatnya angka kematian yang berhubungan
dengan internet, kriminalitas, menurukan kecerdasan emosional dan kecerdasan
sosial, serta merenggangnya hubungan interpersonal seseorang. Apabila kegiatan
untuk bermain internet dilakukan secara berlebihan maka akan dikatakan tidak
wajar (Mukodim, Ritandiyono, & Sita, 2004).
Angka kecanduan
internet kian bertambah akan terus naik dan melonjak pada tahun-tahun
mendatang. Bahkan di Cina, kini ada perkemahan yang khusus dirancang untuk
menghentikan kecanduan internet yang melanda para remaja. Hasil survey
diperoleh 13% pengguna internet di Cina merupakan dari kalangan usia 18 tahun
yang digolongkan sebagai pecandu internet (http://www.indonesia-aman, 2009). Di
Indonesia, pecandu-pecandu internet mulai bermunculan karena adanya
fasilitas-fasilitas di dunia maya yang semakin beragam, banyak pilihan, semakin
cepat, semakin murah, dan tersedianya banyak warnet yang menjamur bagi yang
tidak memiliki perangkat internet di rumah. Sejak mewabahnya game online, situs seksual, web blog, dan layanan komunitas online seperti Friendster serta Facebook,
dunia internet semakin memiliki daya tarik tersendiri dan kian menggoda bagi
pecandu internet tanpa memandang tingkatan usia, pendidikan, maupun jenis
kelamin untuk menghabiskan uang dan duduk berjam-jam demi menikmati layanan
dunia cyber.
Kenikmatan yang diperoleh para
pecandu internet dari layanan dunia cyber
ini tentu akan berdampak pada pola hidup mereka. Syahdan (www.jalansutera.com/kecanduan-internet-itu-namanya-discomgoogolation,2008)
melakukan survey terhadap 2100 orang di Inggris tentang kecenderungan mereka
menjadi seorang addicted internet.
Hasil survey menunjukkan sekitar 76% orang mengakui bahwa mereka tidak bisa
hidup tanpa sambungan internet karena tiap hari mereka menghabiskan banyak
waktu untuk kirim email, bermain games online dan melihat gambar porno.
Sebanyak 87% orang Inggris mengatakan bahwa mereka kini menggantungkan diri
pada internet sebagai sumber informasi utama. Sementara itu 1 diantara 5 orang
bahkan menghabiskan lebih banyak waktu di internet daripada bercengkerama
bersama keluarga. Lebih dari setengah orang Inggris (53%) nge-net lebih dari
empat jam sehari dan nyaris setengahnya (44%) mengatakan mereka merasa
frustrasi dan bingung jika sambungan terputus. Kecenderungan addicted internet ini dapat mempengaruhi
hubungan interpersonal, pekerjaan, atau pendidikan karena kurangnya waktu untuk
bersosialisasi di dunia nyata.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah yaitu apakah teknik self control, fanding, dan punishment dapat
mengurangi perilaku addicted internet ?
C.
Rumusan Teknik Analisis Fungsional (ABC)
Sadmoko (2009) menjelaskan bahwa perilaku yang
ingin dimodifikasi dapat dianalisis dengan menggunakan teknik analisis
fungsional (ABC), antara lain:
1.
Antisedent
Antisedent merupakan segala hal yang dapat
mencetuskan perilaku yang dipermasalahkan termasuk faktor yang menjadi latar belakang
masalah tersebut muncul. Pada kasus ini, antisedent
yang didapatkan, yaitu:
a.
Tersedianya
fasilitas komputer pribadi dalam kamar subjek.
b.
Tersedianya
fasilitas internet di rumah.
c.
Adanya
sambungan internet unlimited (tidak
dibatasi kapasitas pemakaian saat prosedur instalasi internet).
d.
Kurangnya
kesadaran subjek untuk mengontrol jumlah pemakaian akses internetnya.
e.
Pembiasaan orang tua yang selalu
menuruti keinginan anaknya.
2.
Behavior
Behavior yang dimaksud ialah perilaku yang muncul dan yang ingin dimodifikasi
dalam kasus ini. Hal tersebut meliputi durasi, frekuensi
dan intensitas dari perilaku mengakses internet (addicted internet). gejala
addicted internet yang dialami
subjek, yaitu:
a.
Terjadi peningkatan penggunaan waktu
mengakses internet sebagai sebuah kebutuhan untuk mencapai kepuasan.
b.
Terlibat dalam penggunaan internet atau
serupa layanan online untuk
menghilangkan atau menghindari gejala withdrawal.
c.
Jika tidak menggunakan internet, muncul
gejala-gejala penarikan diri seperti kecemasan, gelisah, dan mudah tersinggung.
d.
Sering mengakses internet atau untuk
jangka waktu yang lebih lama daripada yang dimaksudkan.
e.
Terus-menerus gagal dalam upaya untuk
mengurangi atau mengontrol penggunaan Internet.
f.
Sebagian besar waktu yang digunakan
dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan internet (misalnya,
membeli buku-buku internet, mencoba WWW browser baru, meneliti internet vendor, pengorganisasian bahan-download file-file).
g.
Kurangnya frekuensi bersama keluarga,
sosial, pekerjaan, atau kegiatan rekreasi karena penggunaan Internet.
h.
Terus menggunakan internet meskipun
memiliki fisik atau masalah psikologis dengan keluarga, sosial, dan pekerjaan
yang kemungkinan besar telah disebabkan atau diperburuk oleh penggunaan
internet (misalnya, kurang tidur, mengabaikan tugas-tugas pekerjaan, atau
merasa diacuhkan).
3. Consequence
Konsekuensi
meliputi hal yang menjadi akibat yang harus ditanggung oleh
subjek karena perilaku addicted internet, yaitu:
a.
Pekerjaan rumah, aktivitas
ektrakurikuler, maupun tugas sekolah subjek terbengkalai.
b.
Komunikasi dengan lingkungan berkurang.
c.
Komunikasi interpersonal dengan orang
tua dan anggota keluarga lain berkurang.
d.
Komunikasi interpersonal dengan
teman-teman sekolah terbatas seputar teman kumpul yang memiliki hobi yang sama
(mengakses internet).
D.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam modifikasi perilaku, yaitu:
1.
Berkurangnya
perilaku mengakses internet berlebih (addicted
internet).
2.
Terbentuknya
komunikasi yang harmonis dengan anggota keluarga, lingkungan sekitar, dan
teman-teman kampus.
E.
Manfaat
1. Modifikasi perilaku ini dapat menjadi bahan bacaan
tambahan bagi mahasiswa yang ingin melakukan teknik modikasi perilaku yang
sama.
2. Modifikasi perilaku ini dapat menjadi sumber
referensi bagi orang tua yang khawatir terhadap perilaku anak yang berlibahan
dalam mengakses internet (addicted internet).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Self Control
Martin dan Pear
(1992) menjelaskan teknik self control
kedalam dua bagian, pertama self control
menjelaskan masalah sebagai perilaku yang dapat dikontrol, kedua self control merupapak aplikasi teknik
dalam modifikasi perilaku. Seseorang harus memiliki berbagai cara/ solusi yang
dapat digunakan untuk mengantisipasi/ mengontrol perilaku yang ingin
dimodifikasi.
B.
Fading
Sharma (2007)
mengemukakan prosedur menghilangkan perilaku dan menghukum bisa digunakan untuk
menghilangkan munculnya berbagai respon yang tidak dikehendaki. Kalau hukuman
dipakai untuk meniadakan suatu respon, ada baiknya dilakukan bersamaan dengan
menguatkan suatu respon alternatif yang lebih diinginkan dan tentunya positif.
Menghilangkan secara perlahan berbagai perilaku yang tidak dikehendaki ini
disebut dengan istilah memudarkan atau fading.
C.
Punisment
Punishment/hukuman
adalah stimulus atau peristiwa yang bila dihadirkan bersamaan dengan munculnya
suatu respon, akan mengurangi atau bahkan menghentikan kemunculan respon
tersebut (Irwanto, 2002).
BAB III
PENERAPAN TEKNIK MODIFIKASI PERILAKU
A.
Assesmen Perilaku
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada subjek,
orang tua, dan saudara subjek
bahwa perilaku yang terjadi adalah sebagai berikut:
Tabel 1.
Perilaku mengakses internet (addicted internet) yang akan
dimodifikasi
No.
|
Perilaku Yang Muncul
|
Frekuensi
|
Durasi
|
1.
|
Mengakses internet sepulang kampus
|
Senin – jumat
|
16.00 – 18.00
(2 jam)
|
2.
|
Mengakses internet pada malam hari
|
Setiap hari
|
19.00 – 01.00 /
05.00
(6 - 10 jam)
|
3.
|
Mengakses internet pada pagi hingga siang
hari
|
Setiap hari
|
06.00/07.30 –
15.00
(7 - 9 jam)
|
B.
Target Perilaku
Perilaku yang
menjadi target dalam modifikasi ini adalah perilaku addicted internet (Excess).
C.
Teknik yang Digunakan
Secara umum
untuk mengubah perilaku mengakses internet (addicted
internet), teknik yang dapat digunakan adalah modifikasi melalui self
control. Selain self control,
untuk efektifitas maka sebaiknya disandingkan dengan teknik modifikasi perilaku
lainnya. Dikarenakan perilaku addicted
internet dinilai merupakan suatu perilaku yang kompleks dan sudah menjadi
kebiasaan, maka untuk menghilangkan kebiasaan ini tentunya tidak dapat secara
langsung berhasil namun perlu tahapan. Oleh karenanya teknik fading dan punishment merupakan tambahan alternatif
modifikasi perilaku yang dapat diterapkan. Sharma (2007) mengemukakan prosedur
menghilangkan perilaku dan menghukum bisa digunakan untuk menghilangkan
munculnya berbagai respon yang tidak dikehendaki. Kalau hukuman dipakai untuk
meniadakan suatu respon, ada baiknya dilakukan bersamaan dengan menguatkan
suatu respon alternatif yang lebih diinginkan dan tentunya positif.
Menghilangkan secara perlahan berbagai perilaku yang tidak dikehendaki ini
disebut dengan istilah memudarkan atau fading.
Punishment/hukuman adalah stimulus
atau peristiwa yang bila dihadirkan bersamaan dengan munculnya suatu respon,
akan mengurangi atau bahkan menghentikan kemunculan respon tersebut (Irwanto,
2002).
D.
Durasi, Frekuensi, Intensi
Tabel 2.
Rancangan durasi, frekuensi dan
intensitas
No.
|
Perilaku Yang Ingin Diubah
|
Frekuensi
|
Durasi
|
Intensitas
|
1.
|
Mengakses
internet secara berlebihan
|
Jumat- Minggu
|
16.00 – 18.00
|
Hanya dua kali mengakses internet dalam waktu 2 jam
|
2.
|
Mampu
berkomunikasi secara intens dengan keluarga dan sekitar
|
Setiap hari
|
06.00 – 22.00
|
Setiap sarapan pagi dan makan malam, serta
ketika dikampus, serta arisan keluarga.
|
E.
Metode penilaian
Metode
penilaian yang digunakan yaitu setiap kali berhasil melewati tahapan dalam fading akan diberikan reward, sedangkan ketika melanggar atau
melebihi jumlah pemakaian internet, maka akan mendapatkan hukuman. Untuk itu
dibutuhkan peran serta orang tua, saudara dan sahabat untuk membantu subjek
dalam menjalan self control dengan
memberikan reward maupun punishment untuk konsekuensi perilaku
yang ditampakkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil yang Dicapai dari Penerapan Teknik yang
Digunakan
Hasil
yang dicapai yaitu subjek mampu menjalankan self control dan meminta dukungan
dari lingkungan sekitar untuk mengubah perilakunya. Subjek mampu mengurangi pemakaian internet
6-10 jam, hingga 2 jam/hari ketika hari jumat-minggu. Namun beberapa kali
subjek gagal mengurangi pemakaian internet di awal penerapan teknik sehingga
subjek mendapat punishment yaitu akses untuk internet diambil dengan laptop dan
hpnya disimpan di luar kamar. Sampai akhir
pengamatan subyek masih berusaha untuk mengurangi pemakaian internet dan masih
mendapat dukungan dan pengawasan lebih dari keluarga.
B.
Pengesahan dari Pihak yang Mengetahui Secara Langsung
Proses yang Terjadi
Terlampir
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Dari penerapan
teknik modifikasi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa teknik yang digunakan
yaitu self control, fanding dan punishment dapat membantu mengurangi perilaku kelebihan
mengakses internet yang mencapai 6-10 jam menjadi 2 jam perhari. Dukungan dan
pengawasan yang diberikan oleh orang tua juga sangat berperan penting dalam
mengubah perilkaku excess.
B.
Saran-saran untuk Pengembangan
3. Bagi penulis selanjutnya, penulis berharap agar
digunakannya teknik lain dalam mengurangi perilaku addicted internet dan waktu
pemberian intervensi agar lebih lama sehingga hasil teknik yang dicapai bisa
dipastikan berhasil.
4. Bagi orang tua, penulis berharap agar senantiasi mendukung
dan mengawasi anak dan menyadarkan kepada anak agar mampu mengurangi perilaku
addicted internetnya dan membuat sadar akan pentingnya bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.