Contoh Makalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
MAKALAH
UPAYA
MEMANDIRIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) MELALUI PEMBELAJARAN BINA DIRI
DISUSUN
OLEH:
1371040040
KELAS A
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
NEGERI MAKASSAR
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki arti yang
lebih luas dibandingkan pengertian anak luar biasa. Abk adalah anak yang dalam
pendidikan memerlukan pelayanan yang spesifik, berbeda dengan anak pada
umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini mengalami hambatan dalam belajar dan perkembangan.
Oleh karena itu memerlukan pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan
belajar masing-masing anak.
Dalam uu sistem pendidikan nasional (uu no. 20
tahun 2003) pasal 32 disebutkan bahwa pendidikan khusus pendidikan luar biasa
merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental dan
sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Bina diri merupakan salah satu mata pelajaran yang
khusus dimasukan pada anak-anak yang berkebutuhan khusus. Pembelajaran bina
diri diajarkan atau dilatihkan pada abk mengingat dua aspek yang melatar
belakanginya. Latar belakang yang utama yaitu aspek kemandirian yang berkaitan
dengan aspek kesehatan, dan latar belakang lainnya yaitu berkaitan dengan
kematangan sosial budaya.
Beberapa kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan
meliputi kegiatan atau keterampilan mandi, makan, menggosok gigi, dan ke kamar
kecil (toilet); merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan aspek
kesehatan seseorang. Kegiatan atau keterampilan bermobilisasi (mobilitas),
berpakaian dan merias diri (grooming) selain berkaitan dengan aspek kesehatan
juga berkaitan dengan aspek sosial budaya.
Hal tersebut sejalan dengan arifah a. Riyanto (Widati,2011)
yang menyatakan, ditinjau dari sudut sosial budaya maka pakaian merupakan salah
satu alat untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Dengan demikian jelaslah
bahwa pakaian ini bukan saja untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis
material, tetapi juga akan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan social
psikologis. Berpakaian yang cocok atau serasi baik dengan dirinya ataupun
keadaan sekelilingnya akan dapat memberikan kepercayaan pada diri sendiri.
Dari contoh-contoh di atas, maka tepatlah bahwa mata
pelajaran bina diri merupakan kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan
khusus, mengingat anak-anak berkebutuhan khusus tertentu ada yang belum atau
tidak bisa mandiri dalam hal berpakaian, mandi, menggosok gigi, makan, dan ke
toilet. Hal-hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling
mendasar.
Spektrum bina
diri bagi abk mempunyai ruang garap yang cukup luas dalam arti bahwa setiap
anak berkebutuhan khusus membutuhkan adl yang berbeda. Untuk setiap anak
perbedaan-perbedaan itu berkaitan dengan hambatan yang dimiliki anak yang
menyebabkan keragaman cara, alat, ataupun metode yang dipergunakan oleh
individu-individu dalam berlatih.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan
masalah dalam makalah ini adalah:
1.
Menjelaskan hal-hal yang termasuk dalam
tinjauan kemandirian, meliputi pengertian kemandirian dan aspek-aspek
kemandirian, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian
2.
Menjelaskan hal-hal yang termasuk dalam
bina diri, meliputi pengertian bina diri, fungsi bina diri, tujuan bina diri,
dan ruang lingkup bina diri.
3. Bentuk-bentuk
pembelajaran bina diri untuk ABK.
C.
Tujuan
penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan
penulisan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui hal-hal yang termasuk
dalam tinjauan kemandirian, meliputi pengertian kemandirian dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kemandirian.
2.
Untuk mengetahui hal-hal yang termasuk
dalam bina diri, meliputi pengertian bina diri, fungsi bina diri, tujuan bina
diri, dan ruang lingkup bina diri.
3.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk
pembelajaran bina diri untuk ABK.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Tinjauan
Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Menurut
Steinberg (2002), kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam
bertingkah laku, merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasarkan
kehendaknya sendiri. Mandiri merupakan salah satu ciri utama kepribadian yang
dimiliki oleh seseorang yang telah dewasa dan matang. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, mandiri merupakan keadaan seseorang yang telah mampu berdiri
sendiri serta tidak bergantung kepada orang lain. Namun, seorang individu tidak
dengan mudah begitu saja untuk dapat mencapai sifat kemandirian. Seseorang
harus melalui proses-proses tertentu untuk dapat mencapai kemandirian.
Menurut
Masrun (Astuti & Sukardi, 2013), kemandirian adalah suatu sikap yang
memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri
sendiri untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta
berkeinginan untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir
dan bertindak original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu memengaruhi
lingkungannya, mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri,
menghargai keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Menurut Steinberg (Ginintasi,
2009), kemandirian merupakan kemampuan individu untuk bertingkah laku secara
seorang diri. Widiana (Anggraini, 2013:4)) menyatakan bahwa kemandirian
merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dimana tidak
bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan
potensi serta kemampuan yang dimiliki. Awal kemandirian individu dimulai pada
masa remaja. Pada masa ini, ketergantungan seorang individu terhadap orang
tuanya yang merupakan simbol dari masa kanak-kanak mulai terlepas. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan salah satu indikator kedewasaan seseorang
yang ditandai dengan kemampuannya dalam melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
harus bergantung dengan orang lain.
2. Aspek-aspek Kemandirian
Steinberg (2002) kemandirian merupakan bagian dari
pencapaian otonomi diri pada remaja. Untuk mencapai kemandirian pada remaja
melibatkan tiga aspek yaitu:
a. Aspek emotional
autonomy, yaitu aspek kemandirian yang berkaitan dengan perubahan hubungan
individu, terutama dengan orangtua. Individu mampu melepaskan ketergantungannya
dengan orang tua dan dapat memenuhi kebutuhan kasih sayangnya tanpa adanya
andil dari orang tua.
b. Aspek behavioral
autonomy, yaitu kemampuan untuk membuat suatu keputusan sendiri dan
menjalankan keputusan tersebut. Individu tersebut mampu menjalankan kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkah laku pribadinya masing-masing.
c. Aspek value autonomy, yaitu
memiliki seperangkat prinsip-prinsip tentang mana yang benar dan mana yang
salah, mengenai mana yang penting dan mana yang tidak penting. Individu dapat
melakukan hal-hal sesuai dengan pendiriannya dan sesuai dengan penilaiannya
tentang perilaku tersebut.
3. Faktor-Faktor Kemandirian
Ali dan Asrori (2008: 118)
menjelaskan bahwa kemandirian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi
gen atau keturunan orang tua, pola asuh orang tua, sistem pen-didikan di
sekolah, dan sistem pendidikan di masyarakat. Genetika atau keturunan merupakan
faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Menurut Yusuf (2007:
31) genetika diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan
orang tua kepada anak atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang
dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak orang tua
melalui gen-gen. Namun demikian tidak semua material genetika tampak dan dapat
diukur melainkan hanya sebagian saja. Material genetika yang tampak dan dapat
diamati ini disebut dengan fenotip (Santrock, 2003: 79).
B.
Tinjauan
Bina Diri
1. Pengertian Bina Diri
Maria.
J wantah (Ardiyanto, 2014) pengertian bina diri adalah “suatu proses pendidikan
yang diberikan pada anak berkebutuhan khusus mampu latih agar dapat mengembangkan
kemampuan yang dimilikinya, seperti mengurus diri sendiri, membersihkan diri,
makan, minum, menggunakan toilet sendiri, dan lain-lain, mengatasi berbagai
masalah dalam menggunakan pakaian, memilih pakaian yang cocok, dapat mengancing
pakaian sendiri, sesama anak tunagrahita, dan juga anak normal pada umumnya”. Menurut
Astati (Ardiyanto, 2014) mengatakan bahwa Bina diri adalah “suatu usaha dalam
membangun diri individu baik sebagai Individu maupun makluk sosial melalui
pendidikan keluarga, disekolah maupun dimasyarakat, sehingga terwujud
kemandirian dan ketelibatannya dalam kehidupan sehari-hari secara memadai”.
Kurniasih (2013) bina diri adalah suatu upaya
membangun diri individu baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial
melalui pendidikan di dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat sehingga
terwujudnya kemandirian dengan keterlibatannya di dalam kehidupan sehari-hari
secara memadai. Ratih
(2011) bina diri merupakan serangkaian
kegiatan pembinaan dan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam
pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang
membutuhkan layanan khusus, yaitu individu yang mengalami gangguan koordinasi
gerak-motorik, sehingga mereka dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
dengan tujuan meminimalisasi dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap
bantuan orang lain dalam melakukan aktivitasnya. Aktivitas kehidupan
sehari-hari yang dimaksud adalah; kemampuan dan keterampilan sesorang dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari, mulai dari aktivitas bangun tidur sampai tidur
kembali. Kegiatan ini
dikenal dengan istilah ADL ( Actifity of Daily Living ).
Depdikbud (Endaryati, 2009) memberikan definisi bina
diri adalah suatu aktivitas atau kegiatan untuk memantapkan fungsi fisik dan
penyesuaian. Selanjutnya dalam kurikulum pendidikan luar biasa 1997 kemampuan merawat
diri merupakan salah satu bidang pengajaran yang harus diberikan kepada siswa
tunagrahita mengingat keterbatasan kemampuan nak. Sedangkan munzayanah (Ardiyanto,
2014) memberikan pengertian ditinjau dari arti bahasa berasal dari kata bina
artinya membangun, membentuk, membuat, menjadi baik. Bina diri diartikan sebagai cara untuk
membentuk seseorang agar baik atau dapat melayani atau mengurus dirinya sendiri
di dalam hidupnya.
Bina diri dalam bahasa inggris disebut dengan
istilah self-help atau Self-care (Endaryati, 2009). Yang dimaksud
dengan kemampuan bina diri adalah menolong diri sendiri atau memelihara diri
sendiri meliputi Kegiatan, makan, minum, kebersihan, berpakaian, berhias diri
dan orientasi Ruang. Tin suharmini (Widati, 2009) memberikan pengertian
keterampilan bina diri merupakan suatu kelompok aktivitas yang dilakukan
individu setiap hari dalam rangka individu memenuhi kebutuhan keluarga dan memanfaatkan
keadaan lingkungan. Aktivitas bina diri berupa Keterampilan dalam memelihara
lingkungan rumah, memelihara diri Sendiri, mengelola keuangan, keterampilan
menyiapkan makanan, keterampilan penggunaan berbagai fasilitas umum di
masyarakat serta keterampilan mengelola waktu.
Berdasarkan pendapat
di atas dapat disimpulkan bahwa bina diri merupakan upaya yang dilakukan
individu agar dapat mengurus dan merawat diri sendiri, yang dapat digunakan
untuk beradaptasi dengan kehidupan lingkungan masyarakat.
2. Fungsi Bina Diri
Bina
diri sebagai mata pelajaran khusus pada anak berkebutuhan khusus memiliki
berbagai fungsi. Fungsi yang dapat dirasakan pada siswa adalah dapat memberikan
pengetahuan dan keterampilan dalam merawat diri Sendiri. Fungsi bina diri dalam
kurikulum merawat diri (mamad widya dalam Endarwati, 2009) disebutkan antara
lain:
a. Menanamkan
pengetahuan tentang tata cara mengurus diri sendiri.
b. Meningkatkan
keterampilan mengurus diri sendiri.
c. Mengembangkan
kebiasaan mengurus diri sendiri
d. Mengembangkan
kemampuan dalam penyesuaian diri.
Sedangkan
menurut Meylanie (Ardiyanto, 2014) menyebutkan bahwa fungsi mengurus diri
sendiri meliputi:
a. Dapat
menghilangkan perasaan harga diri rendah
b. Dapat
menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
c. Dapat
mengembangkan pribadi yang kuat
d. Dapat
mengembangkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu
e. Dapat
menyembuhkan terhadap gangguan/sakit pada diri anak baik secara fisik maupun
psikis.
Depdikbud
(Endarwati, 2009) menyampaikan fungsi pendidikan bina diri antara lain:.
a. Fungsi
selektif
Dalam pendidikan
keterampilan merawat diri sendiri terjadilah suatu seleksi dari: pengarahan
minat. pengarahan bakat. pengarahan keterampilan dan kecekatan.
b. Fungsi
edukatif
Unsur pedagogis di
dalam pendidikan keterampilan merawat diri sendiri meliputi: membimbing
berpikir logis, membimbing kehalusan perasaan, dan membimbing kemauan.
c. Fungsi
terapi
Pengaruh positif dari
latihan kerja ialah membawa anak untuk menyadari tentang dirinya dan
lingkungannya. Kesadaran untuk dapat menerima segala pengertian dan penguasaan
diperoleh dengan usaha pemusatan perhatian. Perasaan puas pada diri anak
berkebutuhan khusus dapat mengurangi rasa rendah diri.
d. Fungsi
pemenuhan kebutuhan
Pada dasarnya kebutuhan
setiap anak adalah sama, yang berarti di dalamnya juga tercakup kebutuhan anak
tunagrahita. Adapun yang dimaksud antara lain: kebutuhan keteraturan, kebutuhan
pengakuan, kebutuhan memperoleh keberhasilan, kebutuhan akan kegiatan,
kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan akan penyaluran ekspresi, dan kebutuhan
akan kesehatan.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat
disimpulkan fungsi dari merawat diri adalah meningkatkan keterampilan mengurus
diri sendiri; mengembangkan kebiasaan mengurus diri sendiri; mengembangkan kemampuan
dalam penyesuaian diri; dapat menghilangkan perasaan harga diri rendah; dapat menumbuhkan
kepercayaan pada diri sendiri; dapat mengembangkan pribadi yang kuat; dan dapat
mengembangkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tujuan Pembelajaran Bina Diri
Pendidikan
bina diri sebagai upaya memberikan bekal keterampilan merawat diri sendiri ,
memiliki berbagai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan dari pendidikan bina
diri menurut depdikbud (Endarwati, 2009) antara lain:
a. Menumbuhkan
dan meningkatkan kemampuan merawat diri sendiri.
b. Dapat
kontak dan berintegrasi dengan lingkungannya.
c. Dapat
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri/menumbuhkan sikap
kemandirian.
Tujuan dari pendidikan bina diri
(depdikbud dalam Endarwati, 2009) adalah untuk mengembangkan sikap-sikap dan
kebiasaan- kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat mengurus diri
sendiri sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Ruang
lingkup bina diri untuk peserta didik anak tunagrahita tingkat dasar meliputi: Usaha
embersihkan dan merapikan diri; kebersihan lingkungan dan kesehaatan,;
berbusana; makan dan minum, dan menghindari bahaya.
Berdasarkan pendapat tentang tujuan
pendidikan bina diri di atas maka dapat disimpulkan tujuan pendidikan bina diri
adalah untuk memberikan keterampilan anak tunagrahita dalam merawat diri
sendiri dan beradaptasi dengan lingkungan.
4.
Ruang
Lingkup Bina Diri
Widati (2011:4) mengungkapkan ruang
lingkup dari pembelajaran bina diri meliputi:
a.
Merawat diri: makan-minum, kebersihan
badan, menjaga kesehatan
b.
Mengurus diri: berpakaian, berhias diri
c.
Menolong diri: menghindar dan
mengendalikan diri dari bahaya
d.
Berkomunikasi: komunikasi non-verbal,
verbal, atau tulisan
e.
Bersosialisasi: pernyataan diri,
pergaulan dengan anggota keluarga, teman, dan anggota masyarakat
f.
Penguasaan pekerjaan: pemeliharaan alat,
penguasaan keterampilan, mencari informasi pekerjaan, mengkomunikasikan hasil
pekerjaan dengan orang lain.
g. Pendidikan
seks: membedakan jenis kelamin, menjaga diri dan alat reproduksi, menjaga diri
dari sentuhan lawan jenis.
C.
Bentuk
Pembelajaran Bina Diri Untuk ABK
Keragaman individu dari
anak berkebutuhan khusus membawa dampak pada kebutuhan anak secara beragam
pula. Salah satu kebutuhan abk yaitu bina diri. Widati (2011:4) mengungkapakan
berdasarkan fakta lapangan tidak semua abk memerlukan pembelajaran atau
pelatihan bina diri, misalnya anak tunarungu wicara dan anak tunalaras karena
baik secara fisik, intelektual, juga sensomotorik tidak terganggu sehingga
tidak ada hambatan bagi mereka untuk melakukan kegiatan rutin harian kecuali
hambatan berkomunikasi bagi atr dan hambatan penyesuaian sosial-emosi bagi anak
tunalaras.
Widati (2011: 10) juga
mengungkapkan bahwa bagi anak tunagrahita, tunanetra, dan tunadaksa keterampilan
bina diri menjadi suatu keharusan. Bentuk pembelajaran bina diri yang dimaksud
bagi anak tunagrahita, tunanetra dan tunadaksa adalah sebagai berikut:
1. Bina
diri bagi anak tunanetra.
a.
Community Survival Skill
Aspek ini menyangkut bagaimana seorang tunanetra
dapat mempertahankan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. Untuk tujuan di
atas maka ada beberapa keterampilan yang harus dimiliki, yaitu:
1) social
academis, meliputi kemampuan baca, tulis, angka, waktu, dan ukuran.
2) Economic
management: memegang dan mengatur uang; berbelanja; budgeting; banking .
3) Kewarganegaraan:
aturan-aturan yang berlaku di masyarakat; hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat, penggunaan sumber-sumber dan layanan umum di masyarakat, seperti:
layanan telepon, kantor pos, rumah sakit, dan lain-lain.
b.
Personal Care Skill
Aspek ini mencakup :
1) Kebiasaan
pribadi seperti makan, ke toilet, mandi, menggosok gigi, menggunakan deodorant,
memotong kuku, mencukur jenggot, merawat rambut, berhias (gromming), merawat
anak dan bayi.
2) Mengatur
rumah tangga, seperti mengatur, membersihkan, memelihara rumah dan halaman,
serta membeli, memelihara dan menyimpan pakaian (mencuci, menjemur, menyetrika,
melipat, dan menggantung), termasuk memelihara sepatu, (memakai, menyemir, dan
menyimpan), berikutnya termasuk memilih baju yang tepat (keserasian berkaitan
dengan waktu)
c.
Interpersonal Competance Skill
Aspek ini mencakup keterampilan memperkenalkan diri,
keterampilan berteman (relationship), keterampilan berkomunikasi (berekspresi,
berbicara wajar dalam arti jelas dan tidak terlalu keras), dan tanggung jawab
(responsibility).
d.
Keterampilan yang berhubungan dengan
pekerjaan
Aspek ini mencakup kebiasaan dalam menerima kritik,
kemandirian bekerja, kebiasaan mengikuti aturan, kemampuan mengambil keputusan,
kemampuan mempergunakan dan memelihara peralatan, keterampilan dalam
berperilaku dalam bekerja (berhubungan dengan individu sebagai pekerja dan
kemampuan menilai arti kerja apakah kerja bakti atau kerja professional.
2. Bina
Diri Bagi Anak Tunagrahita
a.
Kemampuan mengurus diri sendiri:
menggosok gigi, mandi, keramas, ke kamar kecil, vulva hygiene, berpakaian,
menyisir rambut, berhias, mencuci pakaian, menyeterika, melipat, dan
menggantung, makan, mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, memakai dan
merawat sepatu.
b.
Kemampuan membersihkan lingkungan
sekitar, meliputi:
1) membersihkan
lingkungan dalam rumah: membersihkan debu, menyapu lantai, mengepel lantai,
membersihkan alat-alat rumah tangga.
2) membersihkan
lingkungan sekitar rumah: membersihkan halaman rumah, membuang sampah,
memelihara kebun, memetik hasil panen.
3) tata
cara bergaul dan bersikap dalam masyarakat: cara mengucapkan salam dan ucapan
terima kasih, cara meminta maaf, memasuki/meninggalkan rumah orang lain,
meminta dan memberi bantuan orang lain, berbicara dan mendengar bicara orang
lain.
3. Bina
Diri Bagi Anak Tunadaksa
Anak dengan physically
handicapped berbeda dengan anak berkebutuhan khusus lainnya, mengingat
kemampuan geraknya yang terbatas. Mereka yang cerebral palsy misalnya, ada yang
mampu bermobilisasi dengan bantuan alat (support aids) dan ada yang
mampu bermobilisasi tanpa support aids. Bagi anak tunadaksa keterampilan bina
diri tidak bias lepas dari keterampilan gerak sehingga istilah activities of
daily living (adl) disebut bina diri dan bina gerak.
Ada beberapa alat yang
dipakai oleh anak tunadaksa dalam bermobilisasi seperti brace (long and
short brace), crutch, dan wheel chairs. Disamping penggunaan alat bantu
yang bervariasi, hal lain yang perlu dipertimbangkan yaitu berat ringannya
hambatan yang dialami anak, sehingga latihan bagi pengguna kursi roda yang satu
dengan yang lain bias berbeda, dengan kata lain variasi hambatan sangat
menentukan jenis latihan walaupun hanya menyangkut latihan bergerak.
Bina diri dan bina
gerak bagi anak tunadaksa pelaksanaannya meliputi adl in bed dan adl out bed,
mengingat cakupan bahasan materi terlampau luas maka akan dibatasi pada adl
yang bersifat umum (aktivities of daily living general classification)
yang meliputi:
a.
Self care:
1)
Toilet
activities yang meliputi hygiene
dalam mandi, menggosok gigi, dan cebok setelah buang air besar (b-a-b) dan
buang air kecil (b-a-k) serta appearance berupa merawat rambut, gromming, dan
mencukur jenggot;
2)
Dreassing activities;
3)
Eating activities.
c. Ambulation,
yaitu berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kursi
roda baik di dalam rumah (in door) maupun di luar rumah (out door).
d. Hand
activities yang mencakup :
1)
Berkomunikasi (communication), baik
signal light, pressing bell button (memijit tombol), maupun writing and using
telephone (menulis dan mempergunakan telepon).
2)
management of button, zippers, and
shoelaces (memasang kancing, resleting dan menggunakan rak sepatu),
3)
Handling of furniture and gadgets,
kegiatannya meliputi: menarik dan menutup, mengunci, memutar dan menutup kran.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah
1. Kemandirian merupakan salah satu indikator kedewasaan seseorang
yang ditandai dengan kemampuannya dalam melakukan segala sesuatu sendiri tanpa
harus bergantung dengan orang lain.
2. Aspek kemandirian terbagi atas 3 aspek meliputi, Aspek emotional
autonomy, Aspek behavioral autonomy, spek value autonomy.
3. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kemandirian meliputi gen atau keturunan orang tua,
pola asuh orang tua, sistem pen-didikan di sekolah, dan sistem pendidikan di
masyarakat
4. Bina
diri merupakan upaya yang dilakukan individu agar dapat mengurus dan merawat
diri sendiri, yang dapat digunakan untuk beradaptasi dengan kehidupan
lingkungan masyarakat.
5. fungsi
dari merawat diri adalah meningkatkan keterampilan mengurus diri sendiri;
mengembangkan kebiasaan mengurus diri sendiri; mengembangkan kemampuan dalam
penyesuaian diri; dapat menghilangkan perasaan harga diri rendah; dapat
menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri; dapat mengembangkan pribadi yang
kuat; dan dapat mengembangkan kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu.
6.
tujuan pendidikan bina diri adalah untuk
memberikan keterampilan anak tunagrahita dalam merawat diri sendiri dan
beradaptasi dengan lingkungan.
7.
Ruang lingkup bina diri meliputi
kegiatan Merawat diri, Mengurus
diri, Menolong diri, Berkomunikasi,
Bersosialisasi, Penguasaan pekerjaan: pemeliharaan alat, penguasaan
keterampilan, mencari informasi pekerjaan, mengkomunikasikan hasil pekerjaan
dengan orang lain, dan Pendidikan seks
8.
Pembelajaran Bina diri sangat penting
diberikan bagi anak tunagrahita, tunanetra, dan tunadaksa keterampilan bina
diri menjadi suatu keharusan.
B.
Saran
Demikianlah penyusun makalah ini, saya sadar bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua. Amin ya Rabbal alamin.
Demikianlah penyusun makalah ini, saya sadar bahwa dalam penyusunan makalah masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan kami atau kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya dan bisa menambah ilmu pengetahuan kita semua. Amin ya Rabbal alamin.
0 comments: