Makalah Psikologi Sosial : penerapan teori-teori Psikologi Sosial yang digunakan dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat.
hai, teman-teman kali ini saya akan menshare contoh laporan turun lapangan psikologi sosial II dalam kaitannya dengan penerapan teori-teori psikologi sosial dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat. dan pada postingan kali ini lagi-lagi saya tidak menshare dapusnya untuk menghidari COPAS. artikel ini saya post untu dijadikan referensi untu tugas teman-teman :)
BAB I
(PENDAHULUAN)
A. Latar
Belakang
Bidang
Psikologi Sosial sepertinya telah memasuki hampir seluruh sendi-sendi kehidupan
kita. Aplikasi bidang Psikologi Sosial telah banyak kita terapakan dalam
berbagai bidang kehidupan. Karena pada dasarnya Psikologi Sosial memang
menekankan bidangnya pada permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di
lingkungan dan mengaitkannya pada konsep-konsep psikologi bagi masing-masing
individu. Meskipun pada kenyataannya bidang Psikologi Sosial terbilang cukup
muda dalam disiplin ilmu Psikologi.
Terdapat
berbagai aplikasi Psikologi Sosial dalam kehidupan kita.Seperti halnya pada
bidang politik, kesehatan, hukum dan hak asasi manusia (HAM), ekonomi, komunikasi
dan hubungan masyarakat, serta isu-isu kontemporer yang terjadi saat ini. Teori-teori
dalam Psikologi Sosial banyak diterapkan dalam bidang tersebut seperti teori
psikologi lingkungan, teori belajar sosial, teori peran, teori konflik peran, dan
ssebagainya. Penerapan teori-teori Psikologi Sosial ini secara tidak sadar
sebenarnya kita terapkan dalam bidang tersebut dan secara tidak langsung
memberikan manfaat terhadap pelaksanaannya.
Salah
satu bidang yang cukup menarik untuk dikaji ialah bidang komunikasi dan
hubungan masyarakat (public relation).
Bidang ini cukup familiar di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia,
khususnya di bagian perkantoran dan media publik seperti media elektronik dan
media cetak. Selain itu, bidang komunikasi dan hubungan masyarakat juga bisa
dibilang sangat sering berinteraksi dengan manusia. Secara tidak sadar, dalam
melakukan tugasnya seperti mengelola informasi antara individu atau organisasi
dan masyarakat, terdapat teori-teori Psikologi Sosial yang dipraktikkannya.
Komunikasi
dan hubungan masyarakat merupakan salah satu elemen penting dari sebuah lembaga
organisasi maupun perusahaan. HUMAS(Public
Relation) juga merupakanfungsi manajemen
untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja
yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga
mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.
Komunikasi
dan HUMAS (public relation) juga
merupakan bidang baru yang ada khususnya di Indonesia, tetapi sangat dibutuhkan
untuk menciptakan kerja sama karena public
relation orang-orangnya bergerak di berbagai bidang. Menurut Frank Jefkins
(1992), HUMAS (public relation)
sebenarnya terdiri dari semua bentuk
komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa
saja yang menjalin kontak dengannya.
Hal ini sangat menarik untuk diketahui
lebih lanjut dalam kaitan antara HUMAS dan Psikologi Sosial karena bidang HUMAS
dan Psikologi Sosial sama-sama mempunyai kegiatan yang berhubungan dengan
kontak antara individu. Untuk itu penulis akan mengkaji lebih dalam aplikasi
apa saja yang dapat di berlakukan dalam menjalankan fungsi Komunikasi dan HUMAS.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan dari uraian latar
belakang diatas maka rumusan masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana
penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat (Public Relation) pada
perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Negeri Makassar?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari
laporan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk
mengetahui penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat (Public Relation)pada
perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Negeri Makassar.
D. Manfaat
Penulisan
Adapun manfaat dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut
a. Manfaat
Teoritis
a) Dapat
dijadikan sebagai referensi untuk penulisan laporan selanjutnya yang relevan dengan topik.
b) Pengembangan
pengetahuan, khususnya yang
berkenaan dengan penerapan aplikasi teori-teori psikologi sosial di bidang
hubungan masyarakat.
b. Manfaat
Praktis
Bagi penulis
dan masyarakat, memberikan pengetahuan praktis mengenai pengaplikasian
teori-teori psikologi sosial yang digunakan dalam bidang hubungan masyarakat.
BAB II
(TINJAUAN PUSTAKA)
A. Komunikasi
dan Hubungan Masyarakat
a. Komunikasi
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
setiap individu mengalami interaksi sosial dengan individu lain dalam
menghadapi situasi sosial. Melalui interaksi ini, individu tentu mengadakan
komunikasi dengan individu yang lain, baik melalui bahasa secara verbal maupun gerakan
tubuh.
Frank Dance mengemukakan tiga poin dari
perbedaan konseptual yang penting dalam membentuk dimensi dasar komunikasi.
Tiga dimensi dasar tersebut adalah: tingkat pengamatan atau keringkasan,
tujuan, dan penilaian normatif. Dalam mendefinisikan komunikasi sendiri,
terdapat banyak pendapat dalam mendefinisikannya. Ada yang mendefinisikannya
sangat luas atau bebas dan ada pula yang mendefinisikannya terbatas.
Secara luas, komunikasi ialah sebuah
sistem dalam menyampaikan informasi atau perintah. Berdasarkan dimensi pertama
yaitu “tingkat pengamatan”, komunikasi adalah proses yang menghubungkan
bagian-bagian yang terputus. Jika ditinjau dari dimensi yang kedua yaitu
tujuan, komunikasi merupakan sebuah proses yang menyamakan dua atau beberapa
hal mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang. Sedangkan
berdasarkan dimensi yang ketiga yaitu penilaian normatif, komunikasi
didefinisikan sebagai pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsi dalam
definisi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa komunikasi itu berhasil
jika pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan. Namun disisi lain, terdapat
definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak sehingga hanya
mendefinisikan komunikasi ialah penyampaian informasi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang
atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang dimaksud. Saat
ini, komunikasi sudah menjadi salah satu disiplin ilmu di Perguruan Tinggi,
yaitu Ilmu Komunikasi. Ilmu Komunikasi ialah ilmu yang mempelajari mengenai
bagaimana cara mentransfer atau menyampaikan informasi atau ide-ide dari satu
individu ke individu lain atau kelompok ke kelompok lain yang bisa dilakukan
melalui media lisan, tertulis, ataupun sosial.
Dalam penerapannya, Ilmu Komunikasi
memiliki tiga pembagian khusus, yaitu:
· Penyiaran
(broadcasting)
· Periklanan
(advertising)
· Hubungan
Masyarakat (public relation)
b. Hubungan
Masyarakat (Public Relation)
Hubungan Masyarakat (Public Relation) merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
organisasi ataupun perusahaan. Sebenarnya HUMAS ini merupakan bagian dari Ilmu
Komunikasi. Menurut kamus besar Institute
of Public Relation (IPR) yang terbit pada bulan November 1987 menyatakan
bahwa Hubungan Masyarakat (HUMAS) adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara
niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap
khalayaknya.
Saat ini, HUMAS telah menjadi suatu
profesi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya,
HUMAS bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada masyarakat ataupun
organisasi lain yang menjalin hubungan dengannya, mendidik, meyakinkan,
meningkatkan ketertarikan masyarakat, serta memberikan penjelasan kepada
khalayak mengenai sesuatu ataupun keadaan tertentu.
Jika dilihat peranannya dalam suatu
perusahaan ataupun lembaga, public
relation sangat menunjang efektivitas suatu perusahaan. Hubungan Masyarakat
sangat berperan penting dalam suatu organisasi atau lembaga perusahaan.
Beberapa tugas dari HUMAS ialah:
· Expert Pereciber Communication (Ahli Komunikasi)
Petugas HUMAS bertugas menasehati
pimpinan perusahaan/organisasi. Selain itu, HUMAS juga bertanggung
jawab dalam melayani masyarakat atau organisasi yang menjalin relasi dengan
instansinya seperti memberikan penjelasan tentang sesuatu serta mendidik dan
meningkatkan ketertarikan masyarakat.
· Problem solving process facilitator (Fasilitator dalam Pemecahan Masalah)
Petugas HUMAS bertugas melibatkan dirinya atau
dilibatkan dalam setiap masalah
ataupun krisis. Merka bisa menjadi anggota
tim atau menjadi leader dalam penanganan krisis
manajemen.
· Communicatoin Facilitator (Fasilitator
Komunikasi)
Pelaksana HUMAS sebagai
fasilitator atau
jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan sebagai media atau bisa juga menjadi penengah bila terjadi miss communication.
· Technician Communication (Pelaksana Teknis Komunikasi)
Petugas HUMAS bertugas sebagai pelaksana teknis komunikasi
yang menyediakan layanan di
bidang humas.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya di
atas, HUMAS juga ditunjang oleh beberapa media atau perangkat yang membantunya.
Salah satunya ialah media sosial. Media sosial (sosial media) mempunyai peranan yang cukup penting dalam bidang
HUMAS. Media sosial dianggap membuat komunikasi menjadi lebih mudah dengan client atau masyarakat di sekitar. Namun
tentu, tidak semua hal dapat dikomunikasikan atau diinformasikan melalui media
sosial. Terdapat juga hal-hal yang memang harus dinyatakan secara langsung.
Saat ini, peran HUMAS dalam suatu
perusahaan semakin disibukkan dengan perkembangan beberapa program positif,
salah satunya ialah program CSR (Corporate
Social Responsibility), yang merupakan suatu program dimana suatu
perusahaan dapat diterima dan diakui di lingkungannya.
Jika diteliti dengan cermat, tugas HUMAS
memang terbilang cukup berat. Dibutuhkan profesionalisme yang tinggi di bidang dan
keselarasan antara peranan dan sikap maupun perilaku para pelaku HUMAS ini agar
tercipta hasil kerja yang sukses. Beberapa kriteria dalam bidang HUMAS antara
lain tingkat intelektual, kode etik, diri yang mampu mengatur organisasi, dan
juga pelaksananya. Standar profesionalisme dalam bidang Hubungan Masyarakat
sebaiknya dilihat melalui konteks bagaimana memelihara suatu stabilitas
organisasi dan harmoni seiring dengan perubahan lingkungan sosial. Ini sangat
perlu diperhatikan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas
kerjanya.
B. Psikologi
Sosial
Secara
umum, Psikologi Sosial merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu Psikologi.
Dalam mendefinisikan mengenai Psikologi Sosial, beberapa ahli ternyata memiliki
pendapat yang berbeda. Seperti Hartley (dalam Walgito, 1990) menyatakan bahwa Social Psychology is that branch of the
social science which seek to understand individual behavior in the context of
social interaction. Sedangkan Sherif (1956) mengemukakan bahwa, social psychology is the scientific study of
the experience and behavior of the individual in relation to social stimulus
situation.
Dari
beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
Psikologi Sosial ialah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia dalam
lingkup sosialnya. Sebenarnya, ilmu Psikologi Sosial ini terbilang cukup baru
karena baru muncul kurang dari seratus tahun yang lalu. Sebelumnya,
gejala-gejala seperti ini dipelajari dalam bidang Sosiologi dan Antropologi.
Dalam
mempelajari Psikologi Sosial, terdapat tiga kajian yaitu :
· Studi
tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, seperti persepsi, motivasi,
proses belajar, dan sifat (attitude).
· Studi
tentang proses individual bersama seperti bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
· Studi
tentang interaksi antar kelompok seperti kepemimpinan, komunikasi, hubungan
kekuasaan, konformitas, persaingan, kerja sama dan sebagainya.
C. Teori-teori
Psikologi Sosial
a. Teori
Lapangan (Field Theory)
Teori
ini dikemukakan oleh Kurt Lewin yang beranggapan bahwa pribadi itu tidak dapat
dipisahkan dari lingkungannya karena pribadi itu terdapat dalam lingkungannya. Pribadi
dan lingkungan ini secara bersama-sama membentuk ruang hidup (life space). Life space merupakan
sekumpulan fakta atau kejadian yang memengaruhi tingkah laku yang meliputi masa
lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
b. Teori
Peran (Role Theory)
Teori
peran (role theory) merupakan teori
yang menyatakan bahwa perilaku individu tersebut dibentuk oleh peranan-peranan
yang disematkan atau diberikan masyarakat kepadanya. Peranan tersebut memang
tidak secara langsung memengaruhi perilakunya. Namun seiring waktu yang
berlalu, seseorang secara tidak langsung terpengaruh oleh peranannya.
c. Konflik
Peran (Role Conflict)
Konflik merupakan salah satu esensi
kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karekteristik yang beragam. Selruh
individu yang berada di bumi ini memiliki berbagai macam jenis perbedaan. Seperti
perbedaan suku budaya, ras, agama, latar belakang pendidikan, dsb. Perbedaan
inilah yang cenderung menimbulkan konflik di antara masyarakat. Selama masih
terdapat perbedaan di muka bumi ini, konflik masih akan terus terjadi dan tidak
bisa dihindari.
Ada berbagai macam konflik. Salah
satunya ialah konflik peran (role
conflict). Konflik peran ialah suatu keadaan dimana terdapat harapan yang
sifatnya berlawanan terhadap peran individu di lingkungannya.
Menurut Mondy, Sharplin dan Premeaux
(1990:490), mengemukakan lima tipe dari role
conflict, yaitu:
· Intrasender conflict,
merupakan konflik yang terjadi pada individu pemegang peran karena peran yang
diterima oleh individu bertentangan dengan harapan pemegang peran.
· Intersender Conflict,
konflik yang terjadi ketika individu-individu pemegang peran dengan harapan
yang berbeda saling berinterkasi..
· Interrole Conflict.
Merupakan konflik yang terjadi ketika harapan berhubungan dengan peran berbeda
yang akan menimbulkan konflik.
· Person-role conflict,
adalah konflik yang terjadi ketika sikap atau perilaku yang diharapkan dari
pemegang peran melanggar moralatau nilai yang
dimiliki individu tersebut.
· Role Overload,
merupakan tipe konflik peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan yang
dikirimkan pada pemegang peran dapat digabungkan akan tetapi kinerja mereka
melampaui jumlah waktu yang tersedia bagi orang yang melaksanakan aktivitas
yang diharapkan.
d. Teori
Perbandingan Sosial dan Pertukaran Sosial
a) Teori
Perbandingan Sosial(Sosial Comparisons
Theory)
Teori
perbandingan sosial berpendapat bahwa dalam interaksi sehari-hari,
proses saling memengaruhi dan perilaku bersaing itu ditimbulkan oleh adanya
kecendrungan dalam menilai diri sendiri (self
evaluation) yang dapat dipenuhi dengan membandingkan diri sendiri dengan
orang lain. Proses perbandingan sosial banyak memengaruhi hal-hal dalam
kehidupan sosial kita. Hal yang diperbandingkan biasanya ialah pendapat (opinion) dan kemampuan (ability).Teori
ini dikemukakan oleh Leon Festinger.
Teori perbandingan sosial ini dapat
diringkas menjadi:
· Setiap
orang memiliki hasrat (dorongan) untuk mengevaluasi opini dan kemampuannya secara akurat.
· Karena
tidak ada standar fisik secara langsung, orang mengevaluasi dirinya dengan
membandingkan dirinya dengan orang lain.
· Secara
umum, orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lainyang setarana atau
mirip dengannya.
b) Teori
Pertukaran Sosial (Sosial Exchange
Theory)
Teori
pertukaran sosial memandang bahwa hubungan interpersonal antar individu itu
layaknya sebagai suatu transaksi dagang. Jadi, teori ini menganggap bahwa
seorang individu melakukan hubungan dengan orang lain disebabkan ingin
mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut. Dalam teori pertukaran sosial,
terdapat empat konsep dasar dalam suatu hubungan, yaitu:
· Ganjaran,
merupakan dampak positif yang langsung bisa dirasakan melalui hubungan
interpersonal dengan seseorang atau lebih.
· Biaya,
merupakan istilah yang digunakan yang mengacu pada pengeluaran atau pengorbanan
seseorang dalam menjalin hubungan. Biaya ini tidak selamanya berupa materi,
melainkan dapat berupa tenaga, waktu, usaha, konflik, dsb.
· Hasil
atau Laba merupakan hasil yang bermanfaat dan bisa dirasakan dalam jangka waktu
yang cukup lama melalui jalinan hubungan interpersonal.
· Tingkat
Perbandingan, merupakan suatu acuan atau standarisasi seseorang dalam menilai
suatu hubungan. Ini biasa digunakan seseorang dalam membandingkan hubungan
interpersonalnya dengan orang yang satu dan orang yang lain.
e. Teori
Belajar Sosial (Sosial Learing Theory)
Belajar
merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap individu. Karena melalui proses
belajar inilah, perilaku dapat dibentuk, dimodifikasi, maupun diperbaiki. Terdapat
dua proses belajar, yaitu proses belajar secara fisik dan secara psikis. Salah
satu proses belajar secara psikis ialah belajar sosial (sosial learning). Pada pembelajaran sosial, seseorang mempelajari
dan mengamati perannya dan peran orang lain melalui interaksi maupun kontak
sosial yang terjadi di lingkungannya.
Dalam
teori belajar sosial, terdapat dua teori mengenai tingkah laku, yaitu teori
John Dollard & Neal E. Miller (1941) dan Albert Bandura (1963).
a) Teori
Belajar Sosial Dollard dan Miller
Teori
Dollard dan Miller sebenarnya merupakan pengembangan dari teori Hull. Pandangan
dasar mereka ialah perilaku manusia itu dapat dipelajari. Dalam menjelaskan
teorinya, mereka menggunakan empat prinsip dalam proses belajar, yaitu:
· Dorongan
(drive) merupakan suatu rangsangan
yang mendorong organisme untuk bertingkah laku. Terdapat dua jenis dorongan,
yaitu dorongan primer (primary drive)
dan dorongan sekunder (secondary drive).
Dorongan primer meliputi dorongan-dorongan yang bersifat bawaan (innate) yang sifatnya biologis seperti
rasa lapar, haus, dan dorongan seksual. Sedangkan dorongan sekunder meliputi
akibat yang ditimbulkan dari adanya dorongan primer tersebut seperti rasa
cemas, gelisah, takut, dsb.
· Isyarat
(cue) merupakan suatu stimulus dari
luar yang memberikan petunjuk kapan dan bagaimana tingkah laku dapat dilakukan.
· Tingkah
Laku Balas (response) merupakan
respon yang dilakukan individu sebagai dampak dari isyarat.
· Penguat
(reinforcement) ialah penguat yang
akan menentukan apakah tingkah balas akan diulang atau tidak pada kesempatan
yang lain.
b) Teori
Belajar Sosial Albert Bandura
Teori
belajar sosial dari Bandura didasarkan pada tiga konsepnya yaitu:
· Determinis
Resiprokal (Reciprocal Determinism),
yaitu konsep pendekatan yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu hasil
dari interaksi timbal balik antara determinan kognitif, behavioris (tingkah
laku), dan lingkungan.
· Tanpa
Penguat (Beyond Reinforcement).
Bandura berpendapat bahwa reinforcement bukan satu-satunya pembentuk tinkah
laku. Orang juga dapat belajar walau tanpa ada reinforcement (penguat), yaitu melalui observasi (observational lerning).
· Kognisi
dan Regulasi Diri (Self Regulation and
Cognition). Konsep Bandura yang menyatakan bahwa setiap individu itu
memliki kemampuan dalam mengatur tingkah lakunya, membentuk perilaku dengan
cara memodifikasi lingkungan dan menciptakan dukungan kognitif serta
konsekuensi atas tingkah lakunya sendiri.
f. Psikologi
Lingkungan
a) Teori
Tekanan Lingkungan (The Environmental
Stress Approach)
Teori
yang menyatakan bahwa reaksi tingkah laku dari masing-masing individu
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang bersifat mengganggu atau yang biasa
disebut dengan stressor. Stressor itu dapat berupa suara bising, cuaca yang
panas, polusi udara, kepadatan penduduk, dsb. Stressor ini dapat menimbulkan
reaksi pada tingkah laku individu berupa stress jika individu tidak mampu
menanganinya.
b) Teori
Kelebihan Beban (Environmental Load
Theory)
Pada
teori kelebihan beban, Cohen mengemukakan empat asumsi dasarnya, yaitu:
· Manusia
memiliki keterbatasan dalam mengelola stimulus dari lingkungannya.
· Jika
stimulus lebih besar dibanding kemampuan individu dalam mengelola informasi,
maka terjadilah kelebihan beban. Akibatnya, sejumlah stimulus harus diabaikan
agar dapat memusatkan perhatian pada stimulus tertentu saja.
· Individu
akan beradaptasi segera dengan lingkungannya setelah stimulus muncul.
· Jika
kapasitas masih terlalu besar, maka individu tidak mampu lagi menganganinya.
c) Teori
Kekurangan Beban (Understimulation
Theory)
Teori
ini mengatakan bahwa manusia juga tidak senang jika ia tidak mendapat cukup rangasangan. Ini merupakan
kebalikan dari teori kelebihan beban. Jika individu kurang mendapat stimulus
dari lingkungannya, maka ini dapat menimbulkan perasaan kosong, cemas, sepi,
hingga kebosanan atau kejenuhan.
d) Teori
Tingkat Adaptasi (Adaptation Level
Theory)
Pada
teori tingkat adaptasi, dijelaskan bahwa setiap individu mampu menyesuaikan
responnya terhadap stimulus yang datang dari luar.Terapat dua jenis
penyesuaian, yaitu adaptation (penyesuaian
respon terhadap stimulus) dan adjustment (penyesuaian
stimulus terhadap kondisi individu).
e) Teori
Kendala Tingkah Laku (The Behavior
Constraint Theory)
Setiap
individu pada hakikatnya ingin mempunyai kebebasan dalam menentukan sendiri
perilakunya. J. Brehm (dalam Sarwono, 1992) menyatakan bahwa jika individu
mendapat hambatan terhadap kebebasnnya untuk melakukan sesuatu, maka ia akan
berusaha untuk memperoleh kebebasannya kembali.
g. Kognisi
Sosial
Kognisi
sosial merupakan proses berpikir seseorang dalam mengamati dan memahami
lingkungan di sekitarnya sehingga dapar beradaptasi di dalamnya. Jadi, kognisi
sosial ini mengarah pada struktur dan proses kognitif pada masing-masing diri
individu dalam membentuk pemahamannya pada situasi sosial dan menyesuaikan
tingkah lakunya terhadap itu. Dalam kognisi sosial, kita dituntut untuk
memahami lingkungan di sekitar kita, seperi memahami keadaan atau situasi yang
sedang terjadi serta orang lain dan diri kita sendiri. Proses dalam kognisi
soial meliputi melakukan interpretasi (penafsiran), menganalisa, mengingat, dan
menggunakan informasi tentang dunia sosial yang dialami.
Proses
kognisi sosial pada setiap individu memang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
masing-masing individu memiliki tingkat kepekaan sosial yang berbeda-beda serta
kemampuan pada setiap aspek kognisi sosial. Adapun aspek-aspek yang memengaruhi
proses kognisi sosial seseorang adalah
· Skema,
merupakan kerangka pikiran yang mampu mengorganisasi sejumlah informasi yang
berpengaruh pada proses berpikir sosial.
· Perhatian
(attention), ialah proses dimana
individu pertama kalinya memerhatikan gejala-gejala sosial yang terjadi di
lingkungannya.
· Pengkodean
(enconding) merupakan proses dimana
individu memasukkan informasi dalam ingatannya.
· Mengingat
kembali (retrieval) ialah proses
dimana individu berusaha mengingat kembali informasi yang tekah disimpannya
dalam ingatannya.
BAB III
(METODE PENELITIAN)
A. Jenis
Penelitian
Penelitian
ini termasuk dalam jenis penelitian studi lapangan, yaitu dengan turun langsung
ke lapangan untuk memperoleh data yaitu apa saja penerapan teori-teori
Psikologi Sosial yang digunakan dalam bidang komunikasi dan hubungan
masyarakat.
B. Objek
Penelitian
Objek
dari penelitian ini adalah komunikasi dan hubungan masyarakat (public relation). Dalam penulisan
laporan ini, komunikasi dan hubungan masyarakat dijadikan objek karena bidang
ini dirasa cukup berkaitan dengan bidang Psikologi Sosial. Terdapat banyak
teori dalam Psikologi Sosial yang dapat diterapkan dalam kedua bidang ini.
C. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitiam ini dilakukan melalui metode observasi dan
wawancara. Kami mengobservasi dan mewawancarai karyawan pada salah satu
perusahaan, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, tepatnya pada bagian HUMAS
(Hubungan Masyarakat) dan ICT Universitas Negeri Makassar pada bagian
kesekretariatan (HUMAS).
D. Prosedur
Penelitian
Dalam
penelitian ini, kami mula-mula mengidentifikasi teori-teori dalam Psikologi
Sosial serta mempelajari sedikit mengenai bidang Komunikasi dan Hubungan
Masyarakat (public relation). Kemudian,
kami pun turun ke lapangan melakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh
data mengenai penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang komunikasi
dan hubungan masyarakat. Setelah itu, kami pun mengidentifikasi apa saja
teori-teori dalam Psikologi Sosial yang digunakan pada kedua bidang tersebut.
BAB IV
(HASIL DAN PEMBAHASAN)
A. Hasil
a. Hasil
pengamatan yang petama, kami lakukan pada tanggal 5 Mei 2014 di PT Telekomunikasi
Indonesia Tbk. yakni:
Tugas bidang HUMAS pada
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk antara lain memberikan informasi mengenai
pelayanan Telkom pada pelanggannya, memberikan pelayanan magang pada mahasiswa
atau siswa SMK yang mengambil jurusan seperti Teknik Komputer Jaringan, dsb. Dalam
menjalankan tugasnya, petugas HUMAS ternyata memiliki beberapa kendala seperti
adanya persaingan, loyalitas an konsistensi para karyawan, dsb.
b. Hasil
pengamatan yang ke dua, kami lakukan pada tanggal 12 Mei 2014 di ICT Universitas
Negeri Makassar yakni :
Bidang
HUMAS pada ICT Universitas Negeri Makassar sedikit berbeda dibandingkan
instansi yang lain. Pada ICT UNM, bagian HUMAS disebut sebagai Kesekretariatan.
Namun, fungsi Kesekretariatan ini sama dengan fungsi HUMAS pada instansi-instansi
lain. Tugasnya antara lain memfasilitasi sarana dan prasarana di lingkungan
UNM, mengontrol ICT dari pihak kampus dan dari luar lingkungan kampus, serta memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui mengenai SBMPTN. Beberapa
kendala yang mereka alami ialah manajemen waktu (time management) karena sebagian karyawannya juga merupakan dosen
di Universitas Negeri Makassar. Namun sistem kekeluargaan di ICT ini sangat
mereka jaga sehingga permasalahan tersebut bisa diatasi.
B. Pembahasan
Dari
hasil yang kami dapatkan bahwa teori dalam psikologi sosial banyak digunakan
dalam bidang hubungan masyarakat (HUMAS) atau biasa dikenal dengan public relation (PR). Hal ini juga
berlaku pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas
Negeri Makassar. Teori yang dimaksud yaitu:
a. Teori
Pertukaran Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial diterapkan dalam bidang
komunikasi dan hubungan masyarakat. Karena bidang Komunikasi dan HUMAS dalam
serangkaian kegiatannya, selalu memperhatikan untung dan rugi akan suatu
tindakan.
a) Aplikasi
Hal
ini digunakan oleh petugas HUMAS dalam menentukan strategi kerjanya, yang
berkaitan dengan kemenangan atau kesuksesan dan daya juangnya. Strategi ini
berguna dalam menguntungkan suatu lembaga dan membantu suatu instansi dalam
memecahkan masalahnya.
b) Implikasi
Dengan
mengaplikasikan teori ini, dampaknya ckup besar bagi suatu instansi. Suatu
produk ataupun kualitas suatu isntansi bisa lebih bertahan lama jika segala
sesuatu yang dilakukan oleh bagian HUMAS bagi perusahaan mempertimbangkan
untung dan rugi.
c) Contohnya:
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT
Universitas Negeri Makassar menerima mahasiswa atau siswa yang ingin magang,
dari kegiatan itu tanpa disadari secara tidak langsung teori psikologi sosial
tepatnya teori pertukaran social digunakan karena PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menerima mahasiswa yang magang untuk
kepentingan perusahaan atau kantor. Para siswa yang magang akan mengerjakan tugas
tanpa digaji dengan krgiatan itu pihak perusahaan/kantor mendapat keuntungan. Tetapi mahasiswa dan
siswa yang magang juga mendapat keuntungan yaitu terlaksananya tugas dari
kampus dan sekolahnya.
b.
Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory)
Teori ini mengkaji tentang proses belajar melalui lingkungan
sekitar dalam menciptakan suatu tngkah laku baru ataupun memodifikasi tingkah
laku yang telah diamati. Jika ditinjau dari teori belajar sosial Albert
Bandura, terdapat dua proses belajar, yaitu belajar melalui proses modeling dan
belajar melalui proses observasi.
a) Aplikasi
Aplikasi
teori belajar sosial ini bisa diamati dengan mudah pada bidang komunikasi dan
Hubungan Masyarakat. Setiap hari, petugas HUMAS dihadapkan pada berbagai
peristiwa, seperti bagaimana menjelaskan pada pihak lain mengenai kualitas atau
keadaan instansinya, meningkatkan keyakinan dan ketertarikan orang lain akan kualitas
produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh instansinya. Atau bisa juga dalam
menangani permasalahan atau krisis manajemen.
Peristiwa-peristiwa
yang dialami ini akan disimpan dalam ingatan yang nantinya akan direalisasikan
menjadi suatu perilaku. Proses trial and
error ini dipengaruhi oleh kerjasama antara sistem kognitif dan motorik
seseorang. Dengan proses itu, petugas HUMAS
pun dapat meningkatkan performa kerjanya di masa yang akan datang.
b) Implikasi
Penerapan
teori belajar sosial ini dapat menimbulkan suatu pemikiran kritis, aktif
berfikir, serta senantiasa memperbaiki kesalahan terhadap setiap diri individu
khususnya para penyelaenggara HUMAS.
c)
Contohnya:
Para
staf PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar
menghadapi berbagai peristiwa setiap hari tanpa disadari para staf PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar melakukan
pembelajaran untuk memperbaiki kinerjanya dan banyak instansi-instansi yang mau
bekerja sama dengan perusahaan/kantor.
c.
Teori Perbandingan Sosial (Sosial Comparison Theory)
Perbandingan sosial merupakan salah satu
cara untuk mengevaluasi diri dengan membandingkan aspek-aspek yang ada pada
diri sendiri dengan orang atau kelompok lain. Aspek-aspek itu bisa berupa
pendapat, kemampuan, dsb. Teori perbandingan sosial juga diterapkan dalam
bidang komunikasi dan HUMAS.
a)
Aplikasi
Persaingan
merupakan hal biasa yang kita temui dalam bidang ini. Untuk meningkatkan
kualitasnya, terkadang mereka membandingkan prestasinya dengan kelompok lain.
Mereka mengidentifikasi beberapa kekurangan yang dimilikinya dan kelebihan yang
dimiliki kelompok lain. Dengan itu, mereka dapat memperbaiki kekurangannya
dengan belajar melalui pengamatannya terhadap “pesaingnya”.
Selain
membandingkan kualitas, para pelaku HUMAS juga membandingkan pendapat dengan
orang lain dalam menangani suatu permasalahan. Jadi, bukan hanya kemampuan yang
dibandingkan, melainkan juga pendapat.
b) Implikasi
Dengan diterapkannya teori ini, para karyawan HUMAS
lebih bisa meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari setiap
aktivitasnya. Karena dengan membandingkan pendapat kita dengan orang lain,
kualitas aktivitas kita akan lebih meningkat karena masukan-masukan yang lebih
banyak dari orang lain dan dengan pertimbangan yang jauh lebih matang.
c) Contohnya:
Para
staf bidang humas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri
Makassar mengkaji apa yang menjadi kekurangan yang ada pada kelompoknya, dan
membandingkan kinerja kelompoknya dengan bidang lain, apakah kelompoknya dengan
kerjanya sekarang akan memiliki dampak yang berkelanjutan ke depannya. Bukan saja dari perilaku yang dinilai untuk
meningkatkan kinerjanya tetapi para anggota staf juga mengeluarkan pendapatnya
dan membandingkannya untuk menghasilkan suatu kinerja yang lebih baik di
bidangnya.
d.
Teori Kognisi Sosial
Kognisi
sosial merupakan cara individu dalam mengamati dan memahami lingkungannya
sendiri sehingga dapat membentuk perilakunya. Pada bidang Komunikasi dan HUMAS,
kemampuan kognisi sosial sangat penting dimiliki bagi para pelaku HUMAS.
a)
Aplikasi
Penerapan
teori Kognisi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Humas memang tidak dapat diamati
secara langsung karena proses berpikir memang merupakan suatu hal yang tidak
dapat diamati. Namun kemampuan ini perlu dimiliki bagi setiap individu yang
terjun di bidang tersebut. Mereka harus bisa memiliki kepekaan yang tinggi mengenai
isu-isu terkait di sekitarnya serta mengaplikasikan apa yang mereka pahami
mengenai lingkungannya pada tugas-tugasnya sebagai pelaku HUMAS.
b)
Implikasi
Dengan
memiliki kemampuan kognisi sosial yang baik, para pelaku HUMAS mampu
menjalankan fungsinya dengan baik seperti membantu melayani masyarakat atau
suatu instansi yang sedang menjalin relasi dengan instansinya, memberikan
penyelesaian masalah yang tepat mengenai permasalahan yang muncul dan
melibatkan instansinya, dsb.
c)
Contoh
Misalnya
pada ICT Universitas Negeri Makassar, mereka harus memahami terlebih dahulu
bagaimana pandangan masyarakat, khususnya bagi para siswa SMA yang baru lulus
mengenai SBMPTN sehingga mereka mempu memberikan penyelesaian masalah (problem solving) pada pihak luar yang
membutuhkannya.
BAB V
(KESIMPULAN DAN SARAN)
A. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara kami pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT
Universitas Makassar, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa aplikasi
Psikologi Sosial yang diterapkan pada bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat
(HUMAS) seperti teori pertukaran sosial, teori belajar sosial, teori
perbandingan sosial, dan teori kognisi sosial.
Keempat
teori tersebut digunakan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas
kerjanya. Dalam peranannya, HUMAS memang menggunakan beberapa prinsip-prinsip
ilmu sosial lainnya selain Psikologi, seperti Sosiologi, Ekonomi, Politik, dsb.
Kedudukan HUMAS sangat penting bagi suatu instansi, baik pemerintahan maupun
swasta. Karena segala kebijakan HUMAS akan menentukan efektivitas suatu
perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.
B. Saran
Dengan
berakhirnya laporan ini, kami berharap agar laporan ini bisa menjadi penambah
pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Sosial dan dapat pula dijadikan
referensi bagi mahasiswa selanjutnya yang akan membuat laporan, khusunya
mengenai Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Komunikasi dan Hubungan
Masyarkat (Public Relation).
0 comments: