PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK
NAMA : NURMIYANTI
NIM : 1371040040
KELAS : PSIKOLOGI A
NIM : 1371040040
KELAS : PSIKOLOGI A
PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK
Para ahli psikologi perkembangan
mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan baik
tanpa ada lompatan. Piaget melukiskan urutan urutan tersebut ke dalam empat
tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : (1) tahap sensorik
motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional kongkrit dan (4) tahap
operasional formal. Meskipun urutan kemunculan tahapan tidak berubah-ubah,
tidak mustahil adanya percepatan seseorang melewati tahap-tahap itu secara
lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.
a. Tahap
sensorimotor (0-2 tahun)
Tahap sensori motor ini ada pada usia 0-2 tahun,
mulai pada masa bayi ketia ia menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik
dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini keberadaan bayi masih terikat
terhadap orang disekitarnnya bahkan tidak berdaya, tetapi alat-alat inderanya
sudah dapat berfungsi.
Tindakannya dimulai dengan respon refleks, kemudian
berkembang membentuk representasi mental. Anak dapat meirukan tindakan masa
lalu orang lain danmrangcang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan
menggabungkan secara mental skema dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama masa
sensorimotor, intelegensi anak baru Nampak dalam bentuk aktivitas motorik
sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam masa ini yang penting adalah
tindakan-tindakan kongkrit dan bukan tindakan-tidakan yang sebatas khayalan
(imaginer), tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan dan pengalaman konsep obyek permanen sudah
mulai terbentuk, serta anak mulai mampu menemukan kembali obyek yang
disembunyikan.
b. Tahap
praoperasional (2-7 tahun)
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak
belum memahami pengertian operasional yaitu rses interaksi suatu aktivitas
mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis.
Sekalipun demikian, pemikiran pada
tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget,
pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan
bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
Karakteristik lain dari cara
berfikir praoperasional yaitu sangat memusat (centralized). Bila anak
dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimentional, maka ia akan memusatkan
perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan dimensi lainnya.
Contoh cara berfikir pada masa ini yaitu
: sebuah gelas tinggi raming dan sebuah gelas pendek dan lebar diisi dengan air
yang sama banyaknya. Anak ditanya apakah air dalam dua buah gelas tadi sama
banyaknya? Anak pada tahap ini kebanyakan menjawab bahwa ada lebih banyak air
pada gelas yang tinggi ramping karena gelas tersebut lebih tinggi disbanding
gelas yang satu. Hal tersebut terjadi karena anaka belum melihat dua dimensi
secara serempak.
Berfikir
praoperasional juga tidak dapat dibalik(irreversible). Anak belum mampu untuk
meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekali lagi secara
mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian bila situasi A beralih pada
situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. ia tidak
memperhatikan perpindahan A ke B.
c. Tahap
operasional kongkret (7-11 tahun)
Tahap operasional kongkrit dapat digambarkan pada
terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoperasional, seperti
dalam cara berfikir egosentris pada tahap
operasional kongkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang
benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari sau dimensi secara serempak
dan juga untuk menghubungkan dimensi-diensi itu satu sama lain. Oleh karena
masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik.
Desetrasi dan konservasi ditunjukan dalam eksperimen
Piaget yang terkenal mengenai konservasi, yaitu konservasi cairan. Anak
diperlihatkan kepada dua gelas identik, kedua gelas tadi berisikan jumlah air
yang sama banyaknya. Setelah anak mengetahui bahwa kedua gelas tadi berisikan
air berada dalam jumlah yang sama, si peneliti menuangkan air dari satu gelas
kedalam gelas yang lebih tinggi dan kurus. Anak kemudian ditanya, apakah gelas
yang lebih tinggi itu berisikan air dalam jumlah yang sama, lebih banyak atau
lebih sedikit dibandingkan dengan gelas yang satunya ?. Anak-anak pada tahap
operasional kongkrit mengetahui bahwa jumlah cairan tetap sama, bahwa suatu
perubahan dalam satu dimensi yaitu tinggi cairan di dalam gelas dapat diimbangi
dengan perubahan yang sebanding dalam
dimensi lain yaitu lebar gelas. Sama halnya ia dapat mengerti bahwa jumlah tanah
liat pada sebuah balok idak berubah bila bentuknya diubah.
Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal,
satu barisan yang terdiri dari lima kancing dideretkan diatas satu barisan yang
juga terdiri dari lima kancing sehingga kedua barisan sama panjangnya. Si anak
setuju bahwa kedua barisan memiliki jumlah kancing yang sama. Namun, apabila
satu barisan dipendekkan dengan jalan erapatkan jarak kancing-kancingnya, anak
preoperasioanal mungkin mengatakan bahwa barisan yang panjang mempunyai kancig
yang lebih banyak. Anak pada tahap operasional kongkrit tahu bahwa penyusunan
ulang kancing-kancing tersebut tidak
mengubah jumlahnya.
Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah
konservasi karena mereka dapat mlakukan operasi mental yang dapat dibalikkan
(reversible). Reversible transformation (transformasi bolak balik) terjadi
dalam dua bentuk yaitu : (1) inversion (kebalikan) + A kebalikan dari –B (perjumlahan kebalikan pengurangan, prkalian
kebalikan pembagian), (2) reciprocity (timbal balik), A < B timbale balik B >
A (luas permukaan air pada sebuah gelas kompensasi dari tinggi permukaan air
dan tinggi permukaan air kompensasi dari luas permukaan air). Ketika sebuah
obyek mengalami perubahan kuantitasnya
tidak berubah. Hal ini oleh piaget disebut konservasi.
Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional
kongkrit yang merupakan kemampuan menusun obyek menurut beberapa dimensi
seperti berat atau ukuran. serasi mengilustrasikan penangkapan anak akan satu
hal dari prinsip logis yang penting dan disebut transivitas , yang mengatakan
bahwa ada hubungan tetap tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Misalnya,
bila A lebih panjang dari B, dan B lebih panjang dari C, maka A pasti lebih
panjang dari C. Anak-anak pada tahap ini tahu keabsahan kaidah sekalipun mereka
tidak pernah melihat obyek A, B, dan C. kompetensi yang dikemukakan oleh Piaget
dinamakan seriasi sangat penting utuk pemahaman hubungan bilangan khususnya
dalam matematik.
Pemaham lain pada tahap operasional kongkrit, dapat
menalar serentak mengenai bagian dan keseluruhan yang dikenal dengan istilah
inklusi kelas. Pemahaman mengenai inklusi kelas ini mengilustrasikan prinsip
logis bahwa ada hubungan hirarkis diantara kategori-kategori.
Apabila anak pada tahap ini dihadapkan kepada
delapan permen kuning dan empat permen coklat, kemudian ditanya, “mana permen
yang lebih banyak, permen kuning ataukah permen coklat ?”. Anak yang berumur
lima tahun akan mengatakan “lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini menurut
Piaget, mencerminkan ketidakmampuan anak untuk bernalar mengenai bagian atau
keseluruhan secara serentak.
Walaupun pada anak-anak ini lebih pesat melampaui
anak-anak praoperasional dalam penalaran, pemecahan masalah dan logika.
Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi kongkrit. Pada tahap ini anak
dapat mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan dan mengklasifikasikan
obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat bernalar mengenai abstraksi,
proporsi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah
secara verbal yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir ini baru dicapai pada
tahap operasional formal.
d. Tahap
operasional formal (11-16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi
terbatas padaapa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat,
tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan
hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A <
C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya.
Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya
untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan kemungkinankemungkinan
secara teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak
dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa.
Misalnya ketika mengendarai sebuah mobil dan tiba-tiba mogok, maka anak akan
menduga mungkin bensinnya habis, businya atau platinanya rusak dan sebab lain
yang memungkinkan memberikan dasar atas pemikiran terjadinya mobl mogok.
Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi
dari tahapan yang dijelaskan Piaget.
TINJAUAN
PERPINDAHAN BERFIKIR RAOPERASIONAL KE OPERASIONAL KONGKRIT.
Dari uraian mengenai tahap-tahap perkembangan
kognitif di atas, ad sejumlah tugas-tugas yang dapat menggambarkan perpindahan
dari berfikir praoperasional ke operasional kongkrit. Tugas-tugas itu dapat
dipandang sebagai tugas-tugas kriterium, artinya bila anak dapat menyelesaikan
tugasnya maka ia ada dalam stadium operasional kongkrit. Lebih lanjut
digambarkan tugas-tugas yang dimaksudkan adalah
sebagai berikut :
1. Mengatur
secara serial : pada tahapan ini bila anak diber tugas untuk mengatur beberapa
tongkat yang berlainan panjangnya, maka pada anak tahap praoperasional tidak
mampu untuk mengatur beberapa tongkat
panjang pendeknya tongkat tersebut. Lain halnya dengan anak yang sudah
berada pada tahap operasional kongkrit, ia dapat melakukan hal seprti itu.
Kondisi ini menunjukkan bahwa anaka telah memahami adanya hubungan tetap
tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Berfikir relasional antara lebih
tinggi, lebih pendek pada tahap operasional kongkrit telah disadari. Berfikir
relasional adalah ilustrsi lain dari kemampuan untuk memikirkan lebih dari satu
peristiwa secara serentak, karena cara berpikir ini mengisyaratkan perbandingan
dua obyek atau lebih.
2. Klasifikasi
: pada tahap praoperasional umur 5-7 tahun anak telah memiliki kemampuan untuk
mengklasifikasi beberapa hal sebagai berikut :
3. Konservasi
: kemampuan dalam konservasi jumlah, panjang, subsistansi/isi, berat, banyak
air, volume air, dan luas belum dicapai pada tahap preoperasional, serta baru
dipahami pada tahap operasional
kongkrit.
4. Berfikir
egosentris : pada tahap preoperasional dikatakan cenderung bersifat egosentris,
dimana anak belum mampu melihat sesuatu dari sudut perspektif orang
lain. Pembuktian ini dilakukan Piaget
melalui tes tiga gunung. Pada tahap operasional kongkrit anak sudah mulai melepaskan dan dapat melihat
sebagaimana adanya yang dilihat orang lain. Pernyataan ini telah banyak
dibantah orang, seperti yang dibuktikan Margaret Donalson (1978) dengan
menggunakan alat papan menyilang dan tiga geometri (tiga dimensi) sebagai modifikasi dari tes tiga gunung.
Bantahan-bantahan seperti yang dipaparkan diatas
ternate dalam hal-hal tertentu anak pada tahapan preoperasional dapat melakukan
tugas sebagaimana yang dilakukan anak pada tahap operasional kongkrit. Jika hal
ini benar, maka ada indikasi lain yang memungkinkan terjadinya pergeseran
perkembangan kognitif pada anak. Indikasi kearah itu memang sangat memungkinkan
karena kondisi lingkungan dan pengalaman anak saat ini sangat berbeda dari kondisi lingkungan saat itu.
Jika kita melihat keberadaan lingkungan, seperti
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dengan sarana dan prasarananya yang
lengkap serta intervensi pendidikan secara dini dengan waktu belajar yang lebih
banyak memungkinkan mendorong anak lebih kearah berfikir yang lebih kritis.
Para ahli pendidikan yakin, bahwa lingkungan yang baik akan mmberikan
konstribusi yang baik pula terhadap perkembangan belajar anak.
Sumber
:
Hadis, Fawzia Aswin, (tt). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Edisi kesebelas. Jilid 1. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
0 comments: