PAPER GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
hai teman-teman... kali ini saya akan menshare ngenai Psikologi kepemimpinan khususnnya yaitu paper gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transformasional. paper ini saya buat dari referensi jurnal dan skripsi mengenai kepemimpinan. saya harap artikel yang saya share mampu membantu teman-teman mengerjakan tugas Psikologi kepemimpinannanya. jangan lupa share :)
GAYA
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
GAYA
KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL
Gaya
Kepemimpinan Transformasional
Konsep
awal mengenai model kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh James
McGregor Burns yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya ke
dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass. Burns (Budiarto & Selly,
2004) mendefinisikan transforming leadership (kepemimpinan
transformasional) sebagai sebuah proses dengan pimpinan dan bawahan saling
meningkatkan tingkat moralitas dan motivasi satu sama lainnya, serta dapat
diterapkan oleh siapa saja dalam organisasi pada kedudukan apapun.
Konsep
awal kepemimpinan transformasional Bass (Budiarto & Selly, 2004) meliputi tiga tipe perilaku transformasional:
karisma (charisma), stimulasi intelektual (intellectual stimulation),
perhatian individual (individual consideration). Karisma juga sering
disebut sebagai pengaruh ideal (idealized influence) yang merupakan
perilaku membangkitkan emosi bawahan yang kuat dan identifikasi bawahan pada
pimpinannya. Menurut Bass, karisma adalah bagian yang penting dari kepemimpinan
transformasional, namun karisma itu sendiri tidak cukup bagi proses
transformasional.
Mengacu
pada teori Burns, Bass (Budiarto & Selly, 2004) menjelaskan kepemimpinan
transformasional dalam kaitan dengan dampaknya terhadap bawahan: mereka percaya
kepada atasannya, menghormati, setia, dan termotivasi untuk melakukan suatu
tugas dengan baik bahkan hingga di luar batas yang telah disepakati bersama
sebelumnya. Berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap perilaku karyawan, Podsakoff dkk. (Tondok & andarika, 2004)
mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu
yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku karyawan di mana terjadi
peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja dan mampu
mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi.
Menurut
Bass ((Budiarto & Selly, 2004) pemimpin transformasional merubah dan
memotivasi bawahannya dengan cara: (a) membuat mereka semakin sadar akan
pentingnya hasil dari tugas mereka (outcome); (b) membujuk (induce)
mereka untuk mendahulukan kepentingan kelompok atau bersama daripada
kepentingan pribadi mereka; dan (c) mengaktifkan kebutuhan yang lebih tinggi. Sehingga,
Pemimpin transformasional mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-masing
bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat kemungkinan
untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan di masa mendatang
(Nugroho, dalam Maulizar, Musnadi & Yunus, 2012).
Gaya
Kepemimpinan Transaksional
Berhubungan dengan
konsep kepemimpinan transaksional, Bass (Budiarto & Selly, 2004)
berpendapat bahwa praktek kepemimpinan transaksional didasarkan pada asas
pertukaran, yang mana pemimpin dan bawahan saling mempercayai secara timbal
balik sehingga masing-masing memperoleh suatu nilai. Lebih lanjut menurut Gronn dan Stoner, et al.
(Budiarto & Selly, 2004) pemimpin transaksional menaruh fokus pada kekinian
dan kesuksesan dalam mempertahankan organisasi berjalan dengan mulus dan
efisien. karena kepemimpinan transaksional mengarahkan komitmen bawahan untuk
mengikuti aturan yang ada maka pemimpin yang transaksional cenderung untuk
mempertahankan stabilitas daripada mempromosikan perubahan.
Teori transaksional
memiliki dua tipe perilaku transaksional yaitu imbalan kontingensi (contingent
reward) dan manajemen dengan eksepsi (management by exception).
Manajemen dengan eksepsi dibagi menjadi dua perilaku yaitu passive management
by exception dan active management by exception (Bass, dalam
Budiarto & Selly, 2004). Perilaku imbalan kontingensi meliputi klarifikasi
tugas, tanggung jawab, dan pengharapan yang dibutuhkan untuk memperoleh imbalan
dan juga penggunaan insentif dan imbalan untuk mengontrol motivasi bawahan
(Yulk,Felfe & Schyns, dalam Budiarto & Selly, 2004). Sementara itu,
manajemen pasif dengan eksepsi (passive management by exception)
meliputi penggunaan hukuman kontingensi dan tindakan koreksi lainnya terhadap
perilaku yang menyimpang dari performansi standar yang telah dilakukan (Yulk;
Bass & Steidlmeier ; Bass & Avolio dikutip Budiarto & Selly, 2004).
Sedangkan manajemen aktif dengan eksepsi (active management by exception)
meliputi pengawasan terhadap bawahan dan pemberian tindakan korektif dalam
rangka menjamin pekerjaan terlaksana secara efektif (Yulk,; Bass &
Steidlmeier dalam Budiarto & Selly, 2004).
Kepemimpinan
transaksional (transactional leadership) mendasarkan diri pada prinsip transaksi
atau pertukaran antara pemimpin dengan bawahan. Pemimpin memberikan imbalan
atau penghargaan tertentu (misalnya, bonus) kepada bawahan jika bawahan mampu
memenuhi harapan pemimpin (misalnya, kinerja karyawan tinggi). Di sisi lain,
bawahan berupaya memenuhi harapan pemimpin disamping untuk memperoleh imbalan
atau penghargaan, juga untuk menghindarkan diri dari sanksi atau hukuman. Di
sini tercipta hubungan mutualisme dan kontribusi kedua belah pihak akan
memperoleh imbalan (Bass, Humphreys, Liu, Yammarino dalam Maulizar, Musnadi
& Yunus, 2012).
Perbedaan
Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Babou (Syahrir, 2012)
membedakan gaya kepemimpinan transaksional da Transformasional yang dapat
dilihat pada table berikut:
Gaya
Kepemimpinan Transaksional
|
Gaya
Kepemimpinan Transformasional
|
Pemimpin menyadari hubungan antara
usaha dan imbalan
|
Pemimpin membangkitkan emosi bawahan
agar termotivasi da bertindak di luar apa yang diharapkan
|
Orientasi dasarnya pemimpin adalah
berurusan dengan masalah yang sedang di hadapi
|
Pemimpin dibedakan oleh kapasitas
mereka dalam menginspirasi dan memberikan pertimbangan individual, stimulasi
intelektual dan pengaruh ideal untuk pengikutnya.
|
Mengandakan bentuk standar pekerjaan,
penghargaan, dan sanksi untuk mengontrol bawahan
|
Menciptakan kesempatan belajar bagi
bawahan mereka dan merngsang bawahan untuk memecahkan masalah
|
Memotivasi pengikutnya untuk mencapai
tujuan yang telah direncanakan dan menjanjikan penghargaan sesuai dengan
kinerja yag dilakukan
|
Memiliki visi yang jelas, keterampilan
retoris dan manajemen, untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan
bawahan.
|
Memperkuat bawahan untuk berhasil
menyelesaikan pekerjaan yang telah disepakati.
|
Memotivasi pengikut agar bekerja untuk
mencapai target lebih dari yang diharapkan dan bekerja mengutamakan
kepentingan bersama dan mengenyampingkan kepentingan pribadi.
|
0 comments: