CONTOH LAPORAN APLIKASI PSIKOLOGI SOSIAL DALAM BIDANG PUBLIC RELATION

6:51 AM nl26.blogspot.com 0 Comments

BAB I
(PENDAHULUAN)
A.  Latar Belakang
Bidang Psikologi Sosial sepertinya telah memasuki hampir seluruh sendi-sendi kehidupan kita. Aplikasi bidang Psikologi Sosial telah banyak kita terapakan dalam berbagai bidang kehidupan. Karena pada dasarnya Psikologi Sosial memang menekankan bidangnya pada permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan dan mengaitkannya pada konsep-konsep psikologi bagi masing-masing individu. Meskipun pada kenyataannya bidang Psikologi Sosial terbilang cukup muda dalam disiplin ilmu Psikologi.
Terdapat berbagai aplikasi Psikologi Sosial dalam kehidupan kita.Seperti halnya pada bidang politik, kesehatan, hukum dan hak asasi manusia (HAM), ekonomi, komunikasi dan hubungan masyarakat, serta isu-isu kontemporer yang terjadi saat ini. Teori-teori dalam Psikologi Sosial banyak diterapkan dalam bidang tersebut seperti teori psikologi lingkungan, teori belajar sosial, teori peran, teori konflik peran, dan ssebagainya. Penerapan teori-teori Psikologi Sosial ini secara tidak sadar sebenarnya kita terapkan dalam bidang tersebut dan secara tidak langsung memberikan manfaat terhadap pelaksanaannya.
Salah satu bidang yang cukup menarik untuk dikaji ialah bidang komunikasi dan hubungan masyarakat (public relation). Bidang ini cukup familiar di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya di bagian perkantoran dan media publik seperti media elektronik dan media cetak. Selain itu, bidang komunikasi dan hubungan masyarakat juga bisa dibilang sangat sering berinteraksi dengan manusia. Secara tidak sadar, dalam melakukan tugasnya seperti mengelola informasi antara individu atau organisasi dan masyarakat, terdapat teori-teori Psikologi Sosial yang dipraktikkannya.
Komunikasi dan hubungan masyarakat merupakan salah satu elemen penting dari sebuah lembaga organisasi maupun perusahaan. HUMAS(Public Relation) juga merupakanfungsi manajemen untuk mencapai target tertentu yang sebelumnya harus mempunyai program kerja yang jelas dan rinci, mencari fakta, merencanakan, mengkomunikasikan, hingga mengevaluasi hasil-hasil apa yang telah dicapainya.
Komunikasi dan HUMAS (public relation) juga merupakan bidang baru yang ada khususnya di Indonesia, tetapi sangat dibutuhkan untuk menciptakan kerja sama karena public relation orang-orangnya bergerak di berbagai bidang. Menurut Frank Jefkins (1992), HUMAS (public relation) sebenarnya terdiri dari  semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya.
Hal ini sangat menarik untuk diketahui lebih lanjut dalam kaitan antara HUMAS dan Psikologi Sosial karena bidang HUMAS dan Psikologi Sosial sama-sama mempunyai kegiatan yang berhubungan dengan kontak antara individu. Untuk itu penulis akan mengkaji lebih dalam aplikasi apa saja yang dapat di berlakukan dalam menjalankan fungsi Komunikasi dan HUMAS.
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dari laporan ini adalah sebagai berikut:
a.    Bagaimana penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Public Relation) pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Negeri Makassar?
C.   Tujuan Penulisan 
Adapun tujuan penulisan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
a.    Untuk mengetahui penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (Public Relation)pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Negeri Makassar.


D.  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
a.    Manfaat Teoritis
a)    Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penulisan laporan  selanjutnya yang relevan dengan topik.
b)   Pengembangan pengetahuan, khususnya yang berkenaan dengan penerapan aplikasi teori-teori psikologi sosial di bidang hubungan masyarakat.
b.    Manfaat Praktis
Bagi penulis dan masyarakat, memberikan pengetahuan praktis mengenai pengaplikasian teori-teori psikologi sosial yang digunakan dalam bidang hubungan masyarakat.













BAB II
(TINJAUAN PUSTAKA)

A.  Komunikasi dan Hubungan Masyarakat
a.    Komunikasi
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, setiap individu mengalami interaksi sosial dengan individu lain dalam menghadapi situasi sosial. Melalui interaksi ini, individu tentu mengadakan komunikasi dengan individu yang lain, baik melalui bahasa secara verbal maupun gerakan tubuh.
Frank Dance mengemukakan tiga poin dari perbedaan konseptual yang penting dalam membentuk dimensi dasar komunikasi. Tiga dimensi dasar tersebut adalah: tingkat pengamatan atau keringkasan, tujuan, dan penilaian normatif. Dalam mendefinisikan komunikasi sendiri, terdapat banyak pendapat dalam mendefinisikannya. Ada yang mendefinisikannya sangat luas atau bebas dan ada pula yang mendefinisikannya terbatas.
Secara luas, komunikasi ialah sebuah sistem dalam menyampaikan informasi atau perintah. Berdasarkan dimensi pertama yaitu “tingkat pengamatan”, komunikasi adalah proses yang menghubungkan bagian-bagian yang terputus. Jika ditinjau dari dimensi yang kedua yaitu tujuan, komunikasi merupakan sebuah proses yang menyamakan dua atau beberapa hal mengenai kekuasaan terhadap seseorang atau beberapa orang. Sedangkan berdasarkan dimensi yang ketiga yaitu penilaian normatif, komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran sebuah pemikiran atau gagasan. Asumsi dalam definisi ini secara tidak langsung menyatakan bahwa komunikasi itu berhasil jika pemikiran atau gagasan berhasil ditukarkan. Namun disisi lain, terdapat definisi yang tidak menilai apakah hasilnya berhasil atau tidak sehingga hanya mendefinisikan komunikasi ialah penyampaian informasi.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga dipahami apa yang dimaksud. Saat ini, komunikasi sudah menjadi salah satu disiplin ilmu di Perguruan Tinggi, yaitu Ilmu Komunikasi. Ilmu Komunikasi ialah ilmu yang mempelajari mengenai bagaimana cara mentransfer atau menyampaikan informasi atau ide-ide dari satu individu ke individu lain atau kelompok ke kelompok lain yang bisa dilakukan melalui media lisan, tertulis, ataupun sosial.
Dalam penerapannya, Ilmu Komunikasi memiliki tiga pembagian khusus, yaitu:
·       Penyiaran (broadcasting)
·       Periklanan (advertising)
·       Hubungan Masyarakat (public relation)

b.    Hubungan Masyarakat (Public Relation)
Hubungan Masyarakat (Public Relation) merupakan salah satu elemen penting dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Sebenarnya HUMAS ini merupakan bagian dari Ilmu Komunikasi. Menurut kamus besar Institute of Public Relation (IPR) yang terbit pada bulan November 1987 menyatakan bahwa Hubungan Masyarakat (HUMAS) adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.
Saat ini, HUMAS telah menjadi suatu profesi dalam suatu organisasi ataupun perusahaan. Dalam menjalankan tugasnya, HUMAS bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada masyarakat ataupun organisasi lain yang menjalin hubungan dengannya, mendidik, meyakinkan, meningkatkan ketertarikan masyarakat, serta memberikan penjelasan kepada khalayak mengenai sesuatu ataupun keadaan tertentu.
Jika dilihat peranannya dalam suatu perusahaan ataupun lembaga, public relation sangat menunjang efektivitas suatu perusahaan. Hubungan Masyarakat sangat berperan penting dalam suatu organisasi atau lembaga perusahaan. Beberapa tugas dari HUMAS ialah:
·       Expert Pereciber Communication (Ahli Komunikasi)
Petugas HUMAS bertugas menasehati pimpinan perusahaan/organisasi. Selain itu, HUMAS juga bertanggung jawab dalam melayani masyarakat atau organisasi yang menjalin relasi dengan instansinya seperti memberikan penjelasan tentang sesuatu serta mendidik dan meningkatkan ketertarikan masyarakat.
·       Problem solving process facilitator (Fasilitator dalam Pemecahan Masalah)
Petugas HUMAS bertugas melibatkan dirinya atau dilibatkan dalam setiap masalah ataupun krisis. Merka bisa menjadi anggota tim atau menjadi leader dalam penanganan krisis manajemen.
·       Communicatoin Facilitator (Fasilitator Komunikasi)
Pelaksana HUMAS sebagai fasilitator atau jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan sebagai media atau bisa juga menjadi penengah bila terjadi miss communication.
·       Technician Communication (Pelaksana Teknis Komunikasi)
Petugas HUMAS bertugas sebagai pelaksana teknis komunikasi yang menyediakan layanan di bidang humas.
Dalam menjalankan tugas-tugasnya di atas, HUMAS juga ditunjang oleh beberapa media atau perangkat yang membantunya. Salah satunya ialah media sosial. Media sosial (sosial media) mempunyai peranan yang cukup penting dalam bidang HUMAS. Media sosial dianggap membuat komunikasi menjadi lebih mudah dengan client atau masyarakat di sekitar. Namun tentu, tidak semua hal dapat dikomunikasikan atau diinformasikan melalui media sosial. Terdapat juga hal-hal yang memang harus dinyatakan secara langsung.
Saat ini, peran HUMAS dalam suatu perusahaan semakin disibukkan dengan perkembangan beberapa program positif, salah satunya ialah program CSR (Corporate Social Responsibility), yang merupakan suatu program dimana suatu perusahaan dapat diterima dan diakui di lingkungannya.
Jika diteliti dengan cermat, tugas HUMAS memang terbilang cukup berat. Dibutuhkan profesionalisme yang tinggi di bidang dan keselarasan antara peranan dan sikap maupun perilaku para pelaku HUMAS ini agar tercipta hasil kerja yang sukses. Beberapa kriteria dalam bidang HUMAS antara lain tingkat intelektual, kode etik, diri yang mampu mengatur organisasi, dan juga pelaksananya. Standar profesionalisme dalam bidang Hubungan Masyarakat sebaiknya dilihat melalui konteks bagaimana memelihara suatu stabilitas organisasi dan harmoni seiring dengan perubahan lingkungan sosial. Ini sangat perlu diperhatikan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas kerjanya.
B.   Psikologi Sosial
Secara umum, Psikologi Sosial merupakan salah satu cabang dari disiplin ilmu Psikologi. Dalam mendefinisikan mengenai Psikologi Sosial, beberapa ahli ternyata memiliki pendapat yang berbeda. Seperti Hartley (dalam Walgito, 1990) menyatakan bahwa Social Psychology is that branch of the social science which seek to understand individual behavior in the context of social interaction. Sedangkan Sherif (1956) mengemukakan bahwa, social psychology is the scientific study of the experience and behavior of the individual in relation to social stimulus situation.
Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa Psikologi Sosial ialah ilmu yang mempelajari mengenai perilaku manusia dalam lingkup sosialnya. Sebenarnya, ilmu Psikologi Sosial ini terbilang cukup baru karena baru muncul kurang dari seratus tahun yang lalu. Sebelumnya, gejala-gejala seperti ini dipelajari dalam bidang Sosiologi dan Antropologi.
Dalam mempelajari Psikologi Sosial, terdapat tiga kajian yaitu :
·       Studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, seperti persepsi, motivasi, proses belajar,  dan sifat (attitude).
·       Studi tentang proses individual bersama seperti bahasa, sikap sosial, dan sebagainya.
·       Studi tentang interaksi antar kelompok seperti kepemimpinan, komunikasi, hubungan kekuasaan, konformitas, persaingan, kerja sama dan sebagainya.

C.   Teori-teori Psikologi Sosial
a.    Teori Lapangan (Field Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Kurt Lewin yang beranggapan bahwa pribadi itu tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya karena pribadi itu terdapat dalam lingkungannya. Pribadi dan lingkungan ini secara bersama-sama membentuk ruang hidup (life space). Life space merupakan sekumpulan fakta atau kejadian yang memengaruhi tingkah laku yang meliputi masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.

b.    Teori Peran (Role Theory)
Teori peran (role theory) merupakan teori yang menyatakan bahwa perilaku individu tersebut dibentuk oleh peranan-peranan yang disematkan atau diberikan masyarakat kepadanya. Peranan tersebut memang tidak secara langsung memengaruhi perilakunya. Namun seiring waktu yang berlalu, seseorang secara tidak langsung terpengaruh oleh peranannya.

c.    Konflik Peran (Role Conflict)
Konflik merupakan salah satu esensi kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karekteristik yang beragam. Selruh individu yang berada di bumi ini memiliki berbagai macam jenis perbedaan. Seperti perbedaan suku budaya, ras, agama, latar belakang pendidikan, dsb. Perbedaan inilah yang cenderung menimbulkan konflik di antara masyarakat. Selama masih terdapat perbedaan di muka bumi ini, konflik masih akan terus terjadi dan tidak bisa dihindari.
Ada berbagai macam konflik. Salah satunya ialah konflik peran (role conflict). Konflik peran ialah suatu keadaan dimana terdapat harapan yang sifatnya berlawanan terhadap peran individu di lingkungannya.
Menurut Mondy, Sharplin dan Premeaux (1990:490), mengemukakan lima tipe dari role conflict, yaitu:
·      Intrasender conflict, merupakan konflik yang terjadi pada individu pemegang peran karena peran yang diterima oleh individu bertentangan dengan harapan pemegang peran.
·      Intersender Conflict, konflik yang terjadi ketika individu-individu pemegang peran dengan harapan yang berbeda saling berinterkasi..
·      Interrole Conflict. Merupakan konflik yang terjadi ketika harapan berhubungan dengan peran berbeda yang akan menimbulkan konflik.
·      Person-role conflict, adalah konflik yang terjadi ketika sikap atau perilaku yang diharapkan dari pemegang peran melanggar moralatau nilai yang dimiliki individu tersebut.
·      Role Overload, merupakan tipe konflik peran yang lebih kompleks, terjadi ketika harapan yang dikirimkan pada pemegang peran dapat digabungkan akan tetapi kinerja mereka melampaui jumlah waktu yang tersedia bagi orang yang melaksanakan aktivitas yang diharapkan.

d.   Teori Perbandingan Sosial dan Pertukaran Sosial
a)    Teori Perbandingan Sosial(Sosial Comparisons Theory)
Teori  perbandingan sosial berpendapat bahwa dalam interaksi sehari-hari, proses saling memengaruhi dan perilaku bersaing itu ditimbulkan oleh adanya kecendrungan dalam menilai diri sendiri (self evaluation) yang dapat dipenuhi dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Proses perbandingan sosial banyak memengaruhi hal-hal dalam kehidupan sosial kita. Hal yang diperbandingkan biasanya  ialah pendapat (opinion) dan kemampuan (ability).Teori ini dikemukakan oleh Leon Festinger.
Teori perbandingan sosial ini dapat diringkas menjadi:
·       Setiap orang memiliki hasrat (dorongan) untuk mengevaluasi  opini dan kemampuannya secara akurat.
·       Karena tidak ada standar fisik secara langsung, orang mengevaluasi dirinya dengan membandingkan dirinya dengan orang lain.
·       Secara umum, orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lainyang setarana atau mirip dengannya.

b)   Teori Pertukaran Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial memandang bahwa hubungan interpersonal antar individu itu layaknya sebagai suatu transaksi dagang. Jadi, teori ini menganggap bahwa seorang individu melakukan hubungan dengan orang lain disebabkan ingin mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut. Dalam teori pertukaran sosial, terdapat empat konsep dasar dalam suatu hubungan, yaitu:
·      Ganjaran, merupakan dampak positif yang langsung bisa dirasakan melalui hubungan interpersonal dengan seseorang atau lebih.
·      Biaya, merupakan istilah yang digunakan yang mengacu pada pengeluaran atau pengorbanan seseorang dalam menjalin hubungan. Biaya ini tidak selamanya berupa materi, melainkan dapat berupa tenaga, waktu, usaha, konflik, dsb.
·      Hasil atau Laba merupakan hasil yang bermanfaat dan bisa dirasakan dalam jangka waktu yang cukup lama melalui jalinan hubungan interpersonal.
·      Tingkat Perbandingan, merupakan suatu acuan atau standarisasi seseorang dalam menilai suatu hubungan. Ini biasa digunakan seseorang dalam membandingkan hubungan interpersonalnya dengan orang yang satu dan orang yang lain.

e.    Teori Belajar Sosial (Sosial Learing Theory)
Belajar merupakan salah satu hal terpenting bagi setiap individu. Karena melalui proses belajar inilah, perilaku dapat dibentuk, dimodifikasi, maupun diperbaiki. Terdapat dua proses belajar, yaitu proses belajar secara fisik dan secara psikis. Salah satu proses belajar secara psikis ialah belajar sosial (sosial learning). Pada pembelajaran sosial, seseorang mempelajari dan mengamati perannya dan peran orang lain melalui interaksi maupun kontak sosial yang terjadi di lingkungannya.
Dalam teori belajar sosial, terdapat dua teori mengenai tingkah laku, yaitu teori John Dollard & Neal E. Miller (1941) dan Albert Bandura (1963).
a)    Teori Belajar Sosial Dollard dan Miller
Teori Dollard dan Miller sebenarnya merupakan pengembangan dari teori Hull. Pandangan dasar mereka ialah perilaku manusia itu dapat dipelajari. Dalam menjelaskan teorinya, mereka menggunakan empat prinsip dalam proses belajar, yaitu:
·       Dorongan (drive) merupakan suatu rangsangan yang mendorong organisme untuk bertingkah laku. Terdapat dua jenis dorongan, yaitu dorongan primer (primary drive) dan dorongan sekunder (secondary drive). Dorongan primer meliputi dorongan-dorongan yang bersifat bawaan (innate) yang sifatnya biologis seperti rasa lapar, haus, dan dorongan seksual. Sedangkan dorongan sekunder meliputi akibat yang ditimbulkan dari adanya dorongan primer tersebut seperti rasa cemas, gelisah, takut, dsb.
·       Isyarat (cue) merupakan suatu stimulus dari luar yang memberikan petunjuk kapan dan bagaimana tingkah laku dapat dilakukan.
·       Tingkah Laku Balas (response) merupakan respon yang dilakukan individu sebagai dampak dari isyarat.
·       Penguat (reinforcement) ialah penguat yang akan menentukan apakah tingkah balas akan diulang atau tidak pada kesempatan yang lain.
b)   Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori belajar sosial dari Bandura didasarkan pada tiga konsepnya yaitu:
·       Determinis Resiprokal (Reciprocal Determinism), yaitu konsep pendekatan yang menyatakan bahwa tingkah laku manusia itu hasil dari interaksi timbal balik antara determinan kognitif, behavioris (tingkah laku), dan lingkungan.
·       Tanpa Penguat (Beyond Reinforcement). Bandura berpendapat bahwa reinforcement bukan satu-satunya pembentuk tinkah laku. Orang juga dapat belajar walau tanpa ada reinforcement (penguat), yaitu melalui observasi (observational lerning).
·       Kognisi dan Regulasi Diri (Self Regulation and Cognition). Konsep Bandura yang menyatakan bahwa setiap individu itu memliki kemampuan dalam mengatur tingkah lakunya, membentuk perilaku dengan cara memodifikasi lingkungan dan menciptakan dukungan kognitif serta konsekuensi atas tingkah lakunya sendiri.

f.     Psikologi Lingkungan
a)    Teori Tekanan Lingkungan (The Environmental Stress Approach)
Teori yang menyatakan bahwa reaksi tingkah laku dari masing-masing individu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang bersifat mengganggu atau yang biasa disebut dengan stressor. Stressor itu dapat berupa suara bising, cuaca yang panas, polusi udara, kepadatan penduduk, dsb. Stressor ini dapat menimbulkan reaksi pada tingkah laku individu berupa stress jika individu tidak mampu menanganinya.
b)   Teori Kelebihan Beban (Environmental Load Theory)
Pada teori kelebihan beban, Cohen mengemukakan empat asumsi dasarnya, yaitu:
·       Manusia memiliki keterbatasan dalam mengelola stimulus dari lingkungannya.
·       Jika stimulus lebih besar dibanding kemampuan individu dalam mengelola informasi, maka terjadilah kelebihan beban. Akibatnya, sejumlah stimulus harus diabaikan agar dapat memusatkan perhatian pada stimulus tertentu saja.
·       Individu akan beradaptasi segera dengan lingkungannya setelah stimulus muncul.
·       Jika kapasitas masih terlalu besar, maka individu tidak mampu lagi menganganinya.
c)    Teori Kekurangan Beban (Understimulation Theory)
Teori ini mengatakan bahwa manusia juga tidak senang jika ia tidak  mendapat cukup rangasangan. Ini merupakan kebalikan dari teori kelebihan beban. Jika individu kurang mendapat stimulus dari lingkungannya, maka ini dapat menimbulkan perasaan kosong, cemas, sepi, hingga kebosanan atau kejenuhan.
d)   Teori Tingkat Adaptasi (Adaptation Level Theory)
Pada teori tingkat adaptasi, dijelaskan bahwa setiap individu mampu menyesuaikan responnya terhadap stimulus yang datang dari luar.Terapat dua jenis penyesuaian, yaitu adaptation (penyesuaian respon terhadap stimulus) dan adjustment (penyesuaian stimulus terhadap kondisi individu).
e)    Teori Kendala Tingkah Laku (The Behavior Constraint Theory)
Setiap individu pada hakikatnya ingin mempunyai kebebasan dalam menentukan sendiri perilakunya. J. Brehm (dalam Sarwono, 1992) menyatakan bahwa jika individu mendapat hambatan terhadap kebebasnnya untuk melakukan sesuatu, maka ia akan berusaha untuk memperoleh kebebasannya kembali.

g.      Kognisi Sosial
Kognisi sosial merupakan proses berpikir seseorang dalam mengamati dan memahami lingkungan di sekitarnya sehingga dapar beradaptasi di dalamnya. Jadi, kognisi sosial ini mengarah pada struktur dan proses kognitif pada masing-masing diri individu dalam membentuk pemahamannya pada situasi sosial dan menyesuaikan tingkah lakunya terhadap itu. Dalam kognisi sosial, kita dituntut untuk memahami lingkungan di sekitar kita, seperi memahami keadaan atau situasi yang sedang terjadi serta orang lain dan diri kita sendiri. Proses dalam kognisi soial meliputi melakukan interpretasi (penafsiran), menganalisa, mengingat, dan menggunakan informasi tentang dunia sosial yang dialami.
Proses kognisi sosial pada setiap individu memang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan masing-masing individu memiliki tingkat kepekaan sosial yang berbeda-beda serta kemampuan pada setiap aspek kognisi sosial. Adapun aspek-aspek yang memengaruhi proses kognisi sosial seseorang adalah
·      Skema, merupakan kerangka pikiran yang mampu mengorganisasi sejumlah informasi yang berpengaruh pada proses berpikir sosial.
·      Perhatian (attention), ialah proses dimana individu pertama kalinya memerhatikan gejala-gejala sosial yang terjadi di lingkungannya.
·      Pengkodean (enconding) merupakan proses dimana individu memasukkan informasi dalam ingatannya.
·      Mengingat kembali (retrieval) ialah proses dimana individu berusaha mengingat kembali informasi yang tekah disimpannya dalam ingatannya.








BAB III
(METODE PENELITIAN)

A.  Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian studi lapangan, yaitu dengan turun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yaitu apa saja penerapan teori-teori Psikologi Sosial yang digunakan dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat.

B.   Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah komunikasi dan hubungan masyarakat (public relation). Dalam penulisan laporan ini, komunikasi dan hubungan masyarakat dijadikan objek karena bidang ini dirasa cukup berkaitan dengan bidang Psikologi Sosial. Terdapat banyak teori dalam Psikologi Sosial yang dapat diterapkan dalam kedua bidang ini.

C.   Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitiam ini dilakukan melalui metode observasi dan wawancara. Kami mengobservasi dan mewawancarai karyawan pada salah satu perusahaan, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, tepatnya pada bagian HUMAS (Hubungan Masyarakat) dan ICT Universitas Negeri Makassar pada bagian kesekretariatan (HUMAS).

D.  Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, kami mula-mula mengidentifikasi teori-teori dalam Psikologi Sosial serta mempelajari sedikit mengenai bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (public relation). Kemudian, kami pun turun ke lapangan melakukan observasi dan wawancara untuk memperoleh data mengenai penerapan teori-teori Psikologi Sosial dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat. Setelah itu, kami pun mengidentifikasi apa saja teori-teori dalam Psikologi Sosial yang digunakan pada kedua bidang tersebut.





























BAB IV
(HASIL DAN PEMBAHASAN)

A.  Hasil
a.     Hasil pengamatan yang petama, kami lakukan pada tanggal 5 Mei 2014 di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. yakni:
Tugas bidang HUMAS pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk antara lain memberikan informasi mengenai pelayanan Telkom pada pelanggannya, memberikan pelayanan magang pada mahasiswa atau siswa SMK yang mengambil jurusan seperti Teknik Komputer Jaringan, dsb. Dalam menjalankan tugasnya, petugas HUMAS ternyata memiliki beberapa kendala seperti adanya persaingan, loyalitas an konsistensi para karyawan, dsb.
b.    Hasil pengamatan yang ke dua, kami lakukan pada tanggal 12 Mei 2014 di ICT Universitas Negeri Makassar yakni :
Bidang HUMAS pada ICT Universitas Negeri Makassar sedikit berbeda dibandingkan instansi yang lain. Pada ICT UNM, bagian HUMAS disebut sebagai Kesekretariatan. Namun, fungsi Kesekretariatan ini sama dengan fungsi HUMAS pada instansi-instansi lain. Tugasnya antara lain memfasilitasi sarana dan prasarana di lingkungan UNM, mengontrol ICT dari pihak kampus dan dari luar lingkungan kampus, serta memberikan pelayanan kepada masyarakat yang ingin mengetahui mengenai SBMPTN. Beberapa kendala yang mereka alami ialah manajemen waktu (time management) karena sebagian karyawannya juga merupakan dosen di Universitas Negeri Makassar. Namun sistem kekeluargaan di ICT ini sangat mereka jaga sehingga permasalahan tersebut bisa diatasi.

B.  Pembahasan
Dari hasil yang kami dapatkan bahwa teori dalam psikologi sosial banyak digunakan dalam bidang hubungan masyarakat (HUMAS) atau biasa dikenal dengan public relation (PR). Hal ini juga berlaku pada perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar. Teori yang dimaksud yaitu:
a.     Teori Pertukaran Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori pertukaran sosial diterapkan dalam bidang komunikasi dan hubungan masyarakat. Karena bidang Komunikasi dan HUMAS dalam serangkaian kegiatannya, selalu memperhatikan untung dan rugi akan suatu tindakan.
a)    Aplikasi
Hal ini digunakan oleh petugas HUMAS dalam menentukan strategi kerjanya, yang berkaitan dengan kemenangan atau kesuksesan dan daya juangnya. Strategi ini berguna dalam menguntungkan suatu lembaga dan membantu suatu instansi dalam memecahkan masalahnya.

b)   Implikasi
Dengan mengaplikasikan teori ini, dampaknya ckup besar bagi suatu instansi. Suatu produk ataupun kualitas suatu isntansi bisa lebih bertahan lama jika segala sesuatu yang dilakukan oleh bagian HUMAS bagi perusahaan mempertimbangkan untung dan rugi.
c)    Contohnya:
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menerima mahasiswa atau siswa yang ingin magang, dari kegiatan itu tanpa disadari secara tidak langsung teori psikologi sosial tepatnya teori pertukaran social digunakan karena PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menerima mahasiswa yang magang untuk kepentingan perusahaan atau kantor. Para siswa yang magang akan mengerjakan tugas tanpa digaji dengan krgiatan itu pihak perusahaan/kantor  mendapat keuntungan. Tetapi mahasiswa dan siswa yang magang juga mendapat keuntungan yaitu terlaksananya tugas dari kampus dan sekolahnya.
b.    Teori Belajar Sosial (Sosial Learning Theory)
Teori ini mengkaji tentang proses belajar melalui lingkungan sekitar dalam menciptakan suatu tngkah laku baru ataupun memodifikasi tingkah laku yang telah diamati. Jika ditinjau dari teori belajar sosial Albert Bandura, terdapat dua proses belajar, yaitu belajar melalui proses modeling dan belajar melalui proses observasi.
a)    Aplikasi
Aplikasi teori belajar sosial ini bisa diamati dengan mudah pada bidang komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Setiap hari, petugas HUMAS dihadapkan pada berbagai peristiwa, seperti bagaimana menjelaskan pada pihak lain mengenai kualitas atau keadaan instansinya, meningkatkan keyakinan dan ketertarikan orang lain akan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan oleh instansinya. Atau bisa juga dalam menangani permasalahan atau krisis manajemen.
Peristiwa-peristiwa yang dialami ini akan disimpan dalam ingatan yang nantinya akan direalisasikan menjadi suatu perilaku. Proses trial and error ini dipengaruhi oleh kerjasama antara sistem kognitif dan motorik seseorang.  Dengan proses itu, petugas HUMAS pun dapat meningkatkan performa kerjanya di masa yang akan datang.
b)   Implikasi
Penerapan teori belajar sosial ini dapat menimbulkan suatu pemikiran kritis, aktif berfikir, serta senantiasa memperbaiki kesalahan terhadap setiap diri individu khususnya para penyelaenggara HUMAS.
c)     Contohnya:
Para staf PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar menghadapi berbagai peristiwa setiap hari tanpa disadari para staf PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar melakukan pembelajaran untuk memperbaiki kinerjanya dan banyak instansi-instansi yang mau bekerja sama dengan perusahaan/kantor.
c.    Teori Perbandingan Sosial (Sosial Comparison Theory)
Perbandingan sosial merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi diri dengan membandingkan aspek-aspek yang ada pada diri sendiri dengan orang atau kelompok lain. Aspek-aspek itu bisa berupa pendapat, kemampuan, dsb. Teori perbandingan sosial juga diterapkan dalam bidang komunikasi dan HUMAS.
a)    Aplikasi
Persaingan merupakan hal biasa yang kita temui dalam bidang ini. Untuk meningkatkan kualitasnya, terkadang mereka membandingkan prestasinya dengan kelompok lain. Mereka mengidentifikasi beberapa kekurangan yang dimilikinya dan kelebihan yang dimiliki kelompok lain. Dengan itu, mereka dapat memperbaiki kekurangannya dengan belajar melalui pengamatannya terhadap “pesaingnya”.
Selain membandingkan kualitas, para pelaku HUMAS juga membandingkan pendapat dengan orang lain dalam menangani suatu permasalahan. Jadi, bukan hanya kemampuan yang dibandingkan, melainkan juga pendapat.
b)   Implikasi
Dengan diterapkannya teori ini, para karyawan HUMAS lebih bisa meminimalisir dampak negatif yang ditimbulkan dari setiap aktivitasnya. Karena dengan membandingkan pendapat kita dengan orang lain, kualitas aktivitas kita akan lebih meningkat karena masukan-masukan yang lebih banyak dari orang lain dan dengan pertimbangan yang jauh lebih matang.
c)   Contohnya:
Para staf bidang humas PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. dan ICT Universitas Negeri Makassar mengkaji apa yang menjadi kekurangan yang ada pada kelompoknya, dan membandingkan kinerja kelompoknya dengan bidang lain, apakah kelompoknya dengan kerjanya sekarang akan memiliki dampak yang berkelanjutan ke depannya.  Bukan saja dari perilaku yang dinilai untuk meningkatkan kinerjanya tetapi para anggota staf juga mengeluarkan pendapatnya dan membandingkannya untuk menghasilkan suatu kinerja yang lebih baik di bidangnya.
d.   Teori Kognisi Sosial
Kognisi sosial merupakan cara individu dalam mengamati dan memahami lingkungannya sendiri sehingga dapat membentuk perilakunya. Pada bidang Komunikasi dan HUMAS, kemampuan kognisi sosial sangat penting dimiliki bagi para pelaku HUMAS.
a)    Aplikasi
Penerapan teori Kognisi Sosial dalam bidang Komunikasi dan Humas memang tidak dapat diamati secara langsung karena proses berpikir memang merupakan suatu hal yang tidak dapat diamati. Namun kemampuan ini perlu dimiliki bagi setiap individu yang terjun di bidang tersebut. Mereka harus bisa memiliki kepekaan yang tinggi mengenai isu-isu terkait di sekitarnya serta mengaplikasikan apa yang mereka pahami mengenai lingkungannya pada tugas-tugasnya sebagai pelaku HUMAS.
b)   Implikasi
Dengan memiliki kemampuan kognisi sosial yang baik, para pelaku HUMAS mampu menjalankan fungsinya dengan baik seperti membantu melayani masyarakat atau suatu instansi yang sedang menjalin relasi dengan instansinya, memberikan penyelesaian masalah yang tepat mengenai permasalahan yang muncul dan melibatkan instansinya, dsb.
c)    Contoh
Misalnya pada ICT Universitas Negeri Makassar, mereka harus memahami terlebih dahulu bagaimana pandangan masyarakat, khususnya bagi para siswa SMA yang baru lulus mengenai SBMPTN sehingga mereka mempu memberikan penyelesaian masalah (problem solving) pada pihak luar yang membutuhkannya. 




BAB V
(KESIMPULAN DAN SARAN)

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kami pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk dan ICT Universitas Makassar, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa aplikasi Psikologi Sosial yang diterapkan pada bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (HUMAS) seperti teori pertukaran sosial, teori belajar sosial, teori perbandingan sosial, dan teori kognisi sosial.
Keempat teori tersebut digunakan bagi para pelaksana HUMAS dalam meningkatkan kualitas kerjanya. Dalam peranannya, HUMAS memang menggunakan beberapa prinsip-prinsip ilmu sosial lainnya selain Psikologi, seperti Sosiologi, Ekonomi, Politik, dsb. Kedudukan HUMAS sangat penting bagi suatu instansi, baik pemerintahan maupun swasta. Karena segala kebijakan HUMAS akan menentukan efektivitas suatu perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.

B.   Saran
Dengan berakhirnya laporan ini, kami berharap agar laporan ini bisa menjadi penambah pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Sosial dan dapat pula dijadikan referensi bagi mahasiswa selanjutnya yang akan membuat laporan, khusunya mengenai Aplikasi Psikologi Sosial dalam Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarkat (Public Relation).






DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009).  Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Boedenhausen, Galen V, C. Neil Macrae, and Kurt Hugenberg. (2003). Social Cognition. Dalam Theodore Millon and Melvin J. Lerner. Handbook of Personality and Social Psychology. New Jersey: John Wiley and Sons Inc.
Boeree, George. (2010). Dasar-dasar Psikologi Sosial. Yogyakarta: Prisma Sophie.
Gafur, Kemala Motik. (2004). Orientasi Kehumasan dan Protokol. Jurnal Komunikologi. 1: 40-49.
Gibson, Dirk. (2006). The Importance of Reputation and The Role of Public Relation. Journal of Public Relation. 51: 15-18.
Imran, Maharani. (2005). Peran Public Realtion pada Program CSR Dalam Rangka Meningkatkan Citra Positif Perusahaan. Jurnal Hubungan Masyarakat. 1: 127-139
Jefkins, Frank. (1992). Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss.(2008). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Naveed, Noor e Hira. (2012). Role of Sosial Media on Public Relation, Brand Involvement, and Brand Commitment. Journal of Business Management. 3: 904-913.
Santoso, Slamet. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Bandung: PT Redika Aditama.
Sarwono, Sarlito Wirawan. (2009). Teori-teori Psikologi Sosial. Depok: Rajawali Pers.
Suranto, Anto. (2007). Hubungan antara Sikap dan Perilaku Pejabat Public Relation dengan Efeknya dalam Kinerja. Jurnal Akuntansi dan Maanjemen. 18: 51-64.
Walgito, Bimo. (1990). Psikologi Sosial Edisi Revisi. Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta.
Wirawan.(2009). Konflik dan Manajemen Konflik. Jakarta: Salemba Pustaka.
Yeon, By Soo., Bryan H. Reber. (2009). How Public Relation Professionalism Influences Corporate Social Responsibility. Journal of Public Relation. 86: 157-174.

You Might Also Like

0 comments: