CONTOH MAKALAH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

7:05 AM nl26.blogspot.com 0 Comments

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah rendahna mutu pendidikan yang tercermin dari rendahya rata-rata prestasi belajar.  Masalah lain adalah bahwa pendekata dalam pembelajaran masih terlalu di dominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik.
Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, obyektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Dengan demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Peningkatan mutu pada hakikatnya merupakan upaya perubahan . Oleh karena itu, proses perubahan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah suatu keharusan dan keniscayaan . Tanpa ada proses perubahan tidak ada mutu pendidikan. Mutu pendidikan adalah hasil proses perubahan. Dengan demikian, proses prubahan menjadi sangat penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Upaya melakukan perubahan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan saat ini sangat dirasakan ugensinya. Pasalnya mutu pendidikan kita sampai saat ini masih terpuruk. Nasib institusi pendidikan di Indonesia berdasarkan mutu pendidikan berada pada urutan terakhir di antara 12 negara Asia yang diteliti oleh The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) tahun 2001, jauh di bawah Vietnam (6) (Arief dalam Mahendra, 2010).
Perubahan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan secara kompereshif, meliputi berbagai komponen yang berpengaruh dan determinan terhadap peningkatan mutu. Komponen-kompnen itu seperti sisiwa peserta didik , tenaga pendidikan , pengelola pembina , komite sekolah , sarana prasarana, media, sumber belajar, kurikulum, metode dan teknik, manajemen sekolah, proses pembelajaran, dan lingkungan sekolah.
Hal demikian karena pendidikan merupakan suatu sistem yang komponen-komponennya saling berpengaruh satu dengan yang lainnya dalam mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, perubahan yang dilakukan secara parsial tidak akan efektif bagi peningkatan mutu pendidikan.
Mutu hasil pendidikan yang masih rendah sertamengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill). persaingan global yang memungkin yang akan berhasil hanya mereka yang persaingan kemampuan SDM produk lembaga pendidikan dan persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas mengenai standar kopetensi lulusan.
Sehubungan dengan uraian di atas dalam makalah ini dibahas beberapa hal yang perlu dilakukan dalam proses perubahan untuk peningkatan mutu pendidikan.

B.     RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2.      Bagaimana Langkah awal yang diambil dalam perubahan mutu pendidikan
C.    TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari rumusan masalah diata adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2.      Untuk mengetahui Bagaimana Langkah awal yang diambil dalam perubahan mutu pendidikan

1.       
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
1.      Pengertian Kurikulum
Sebelum penulis memaparkan pengertian kurikulum tingkat satuan pendidikan alangkah lebih baiknya apabila penulis mengutarakan pengertian kurikulum yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan. Pada zaman yunani kuno, kurikulum dianggap sebagai kumpulan mata- mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari oleh siswa. Bahkan dalam ligkungan atau hubungan tertentu pandangan lama ini masih dipakai sampai sekarang. Banyak orang tua bahkan juga guru-guru kalau ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau mata-mata pelajaran. khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi pelajaran.
Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya dari sebagian ahli yang mengartikan kurikulum dalam pengertian yang Lebih lebih luas, yakni “Segala usaha yang dilakukan oleh sekolah untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam situasi didalam maupun diluar sekolah”, atau sejumlah pengalaman yang potensial dapat diberikan oleh sekolah dengan tujuan agar anak dan pemuda dibiasakan berpikir dan berbuat menurut kelompok atau masyarakat tempat ia hidup”, yang kemudian lebih dipersingkat sebagai “Suatu cara mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat”, atau “segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya” (Alipandie dalam widjaja, 2011).
Pengertian diatas dapat dipahami bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada dinding-dinding kelas belaka, melainkan lebih diperluas lagi pada luar sekolah. Bahkan ada pula yang berpendapat bahwa segala sesuatu yang mempunyai dampak positif terhadap tingkah laku peserta didik baik yang datang dari sekolah, keluarga maupun masyarakat dapat dipandang bagian dari kurikulum. Hal ini selaras dengan penafsiran Ronald C. Doll (Dalam Sukmadinata, 2009:4) yang menyatakan : The commonly accepted definition of the curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects and courses to all the experiences which are offered to learners under the auspices or direction of the school…
Definisi Doll ini tidak hanya menunjukkan adanya perubahan penekanan dari isi kepada proses atau lebih memberikan tekanan pada pengalaman, tetapi juga menunjukkan adanya perubahan lingkup dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud pengalaman siswa dalam belajar yang diajarkan ataupun menjadi tanggug jawab sekolah mengandung makna yang cukup luas, yakni mencakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut dan memfasilitasinya.
Dalam kaitannya konsep kurikulum yang ditegaskan oleh Ronald Doll, Mauritz Johnson masih dalam buku yang sama mengajukan keberatan terhadap apa yang dikemukakan oleh Doll. Kemudian Johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran. Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan oleh siswa.
Berbeda dengan Hilda Taba, dia berpendapat bahwa ada perbedaan antara kurikulum dan pengajaran, menurutnya bukan terletak pada implementasinya tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih sempit dan lebih khusus menjadi tugas pengajaran (Sukmadinata,
dalam widjaja, 2011).
Bagaimanapun rumusan-rumusan pengertian kurikulum diatas, jelaslah bahwa kurikulum harus dipandang sebagai suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran.
Sedangkan menurut BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), definisi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BNSP,2006:7).
2.      Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 15, kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan (Muslich dalam widjaja, 2011). KTSP merupakan singkatan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik.
KTSP juga merupakan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (kognitif, psikomotorik, dan afektif) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Disamping itu pengembangan kurikulum ini diupayakan dapat memberikan wawasan baru terhadap sistem yang berjalan selama ini, dan juga dapat membawa dampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas kinerja sekolah, khususnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran diberbagai sekolahan. Penerapan kurikulum 2006 (KTSP) ini menuntut aktivasi dan partisipasi para peserta didik yang lebih banyak dalam proses pembelajaran.
Struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan berbeda dengan kurikulum sebelumnya, KTSP dirancang sedemikian rupa, sehingga tidak ada lagi jam efektif yang begitu mencolok banyaknya. Kurikulum sebelumnya, sebagian mata pelajaran memiliki waktu yang banyak, sebagian mata pelajaran yang lain memiliki waktu sedikit dengan alasan urgen dan padatnya materi. Penekanan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) bukan mengejar target materi tetapi memaksimalkan proses dalam pembelajaran dan mengembangkan kompetensi peserta didik, apalah arti bila materi tercapai dengan proses yang tidak maksimal akan tetapi dengan proses pembelajaran yang maksimal akan membuahkan hasil (out put) yang berkualitas.
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) ini sengaja disusun oleh masing-masing satuan pendidikan supaya terasa lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan dan akan merasa memiliki tanggung jawab yang memadai. Dalam KTSP pengembangan kurikulum ini dilakukan oleh guru, kepala sekolah, serta komite sekolah dan dewan pendidikan. Dan dalam pengembangannya harus berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan (SKL), tanpa lepas dari Supervisi Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dibidang pendidikan tersebut.
B.     Langkah awal yang diambil dalam perubahan mutu pendidikan
1.      Dalam Perubahan Dituntut SDM yang Kompetitif
Dalam proses perubahan untuk meningkatkan mutu pendidikan tentu dituntut sumber daya manusia (SDM) pendidikan yang mampu bersaing di era global sekarang ini. Sekarang ini adalah era globaliasi yang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi. Dalam era itu lembaga pendidikan tentu dituntut untuk mampu bersaing dengan lembaga pendidikan negara-negara lain dalam rangka penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Untuk itu, dalam pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan tentu diperlukan SDM pendidikan yang memiliki komitmen, motivasi berprestasi, moral kerja, keahlian, profesionalitas, integritas, dan kedisiplinan yang tinggi sehingga mampu bersaing dalam peningkatan mutu pendidikan dengan negara-negara lain yang lebih dahulu maju.
Tantangan dunia pendidikan kita saat ini semakin berat dan kompleks. Mutu pendidikan kita dalam berbagai apek masih rendah bila dibandingkan dengan mutu pendidikan negara-negara lain di Asia, terlebih di dunia. Ini menunjukkan bahwa SDM pendidikan kita masih lemah sehingga masalah ini berdampak pula pada out pendidikan berupa SDM yang lemah pulla. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan tersebuut perlu dibangun SDM pendidikan yang handal dan kompetitif, baik pada level penentu kebijakan, perencana, maupun pelaksana pendidikan di lembaga-lebaga pendidikan.
2.      Untuk Mengantisipasi Perubahan Perlu Adanya Perubahan Secara Organisasional
Dalam suatu organisasi, termasuk organisasi pendidikan (sekolah) perubahan secara individual belum cukup dalam mengantisipasi suatu perubahan. Perubahan secara individual tidak akan mampu menghadapi dan melaksanakan perubahan yang dihadapi suatu organisasi. Perubahan yang dihadapi sebuah organisasi memerlukan perubahan secara organisasional.
3.      Perencanaan SDM dalam Pengembangannya Menekankan pada Pengembangan Faktor Internal dan Faktor Eksternal
Perencanaan SDM adalah proses menentukan kebutuhan akan tenaga kerja dan cara memenuhi kebutuhan tersebut untuk melaksanakan rencana terpadu organisasi (A.F. Sikula dalam Mahendra, 2010). Perencanaan SDM (tenaga kependidikan) untuk sekolah harus sesuai dengan kebutuhan. Pada pengembangannya perencanaan SDM tenaga kependidikan harus ditekankan pada pengembangan faktor internal dan eksternal. Castestter (dalam Hamalik, 1981) mengemukakan strategi umum dan strategi khusus untuk pengembangan SDM pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Strategi umum berkenaan dengan pengembangan tenaga kependidikan sesuai dengan rencana kebutuhan yang jelas; pengembangan sikap dan kemampuan profesional; dan pengembangan kerja sama dunia pendidikan dengan perusahaan. Sementara itu, strategi khusus berkaitan dengan kesejahteraan, pendidikan, prajabatan calon tenaga kependidikan, rekrutmen dan penempatan, pembinaan mutu tenaga kependidikan dan penegembangan karier.
4.      Dalam Membuat Perancangan Kerja Perlu Melibatkan Karyawan
Nawawi (dalam Mahendra, 2010) mengemukakan bahwa suatu rencana kerja yang disusun bersama akan menimbulkan perasaan ikut terlibat dan persaaan ikut bertanggung jawab dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, dalam membuat perancangan kerja di sekolah perlu melibatkan personel sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah hendaknya melibatkan pihak guru, siswa, orang tua murid, komite sekolah, dan masyarakat dalam menyusun rencana kerja sekolah agar program sekolah yang akan dilaksanakan dapat dilaksanakan dengan tangung jawab secara kooperatif dan kolaboratif. Rencana kerja yang disusun tanpa melibatkan pihak yang akan melaksanakan kerja cenderung melemahkan tangggung jawab bersama dalam pelaksanaannya.
5.      Sebuah Lembaga Pendidikan Memerlukan Adanya Perubahan dalam Visi dan Misi
Visi adalah sebuah cetak biru dari keadaan yang diharapkan, suatu image dari kondisi yang diinginkan, sasaran-sasaran yang jauh, dan juga merupakan sebuah agenda (Shieve dan Schoensheit dalam Mahendra, 2010); sedangkan misi adalah garis besar cara-cara mencapai visi  (sanjaya, wina. 2008). Dalam trangka peningkatan mutu pendidikan, sekolah perlu mengubah visi dan misi jika visi dan misi tersebut sudah tercapai atau sudah tidak sesuai dengan harapan yang ingin dicapai. Visi dan misi harus feksibel sesuai dengan perubahan-perubahan yang diperlukan. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam perubahan visi di lembaga pendidikan yaitu (1) pengetahuan mengenai situasi, (2) pengetahuan akan diri sendiri, dan (3) pemahaman mengenai keterlibatan orang lain dalam organisasi (Blumberg, Greenfield, dan Hoyle dalam Idochi Anwar, 2003: 3). Adapun langkah-langkah pokok pengembangan visi yang efektif yang perlu dilakukan di lembaga pendidikan yaitu (1) valuing or setting a series of coherently related values underpinning a vision for the organization; (2) reflection, or considering the worth of these valuaes and whether the visionaries wish commit themselves to them; (3) articulating and speaking about the vision and its implication for the organization; and (4) identifaying strategies for action to mobilize people resources (Shieve dan Schoenheit (dalam Mahendra, 2010)).  
6.      Proses Perubahan Perlu Disesuaikan dengan Pengembangan Diri Tenaga Pendidik
Proses perubahan di lembaga pendidikan (sekolah) menuntut kemampuan yang memadai dari personel sekolah, khususnya tenaga pendidik. Misalnya, perubahan dalam kurikulum, dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ini menuntut tenaga pendidik untuk mampu melaksanakan perubahan tersebut, dan agar perubahan itu dapat dilaksanakan secara efektif dan optimal maka perlu adanya pengembangan kemampuan tenaga pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan  melaksankan perubahan tersebut. Jika tidak, tenaga pendidikan tidak akan siap melaksanakan perubahan itu. Seperti saat sekarang ini berlakunya KTSP di sekolah kurang dibarengi dengan pengembangan tenaga pendidik secara optimal sehingga banyak sekali tenaga pendidik yang masih merasa bingung dan kesulitan dalam pelaksanaan kurikulum tersebut. Ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan oleh tenaga pendidik atau kependidikan yaitu meliputi aspek kemampuan personal, profesional, dan sosial. Kemampuan personal tenaga pendidik berhubungan dengan pengetahuan tentang adat istiadat social, agama, budaya, tradisi, inti demokrasi, estetika, kesadaran sosial, dan setia terhadap harkat dan martabat manuisa. Sementara itu kemampuan profesional tenaga pendidik berkenaan dengan kemampuan (1) memahami dan menerapkan landasan kependidikan, baik filosofis, psikologis, dan sebagainya; (2) mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik; (3) menguasai mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya; (4) mengyasai dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai; (5) menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar yang lain; (6) merencanakan, mengorganisasikan, dan melaksanakan program pembelajaran; (7) melaksanakan evaluasi pembelajaran, dan (8) menumbuhkan kepribadian peserta didik. Kemampuan sosial tenaga pendidik mencakup kemampuan sebagai petugas kemasyarakatan, (Rusyan dan Hamijaya dalam Mahendra 2010).


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dalam proses perubahan ke arah peningkatan mutu pendidikan di era sekarang ini, beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu penyiapan SDM pendidikan yang kompetitif, pengembangan SDM pendidikan, peerencnaan program kerja yang kooperatif, perubahan visi dan misi, dan pengembangan diri tenaga pendidik.

B.     SARAN
Saran yang disampaikan penulis agar dengan membaca makalah ini disarankan pada pembaca agar mengetahui tentang pentingnya pengembangan KTSP dan Implementasi Kurikulum dalam sistem pembelajran di Sekolah . penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

 

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 1981. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum, Bandung: Pustaka Martiana.
Mahendra, Dkk. 2010. Pentingnya Prinsip-Prinsip Pengembangan KTSP Dan Implementasi Kurikulum Dalam Sistem Pembelajaran Disekolah. Universitas Kuningan. Makalah. Tidak Diterbitkan.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Widjaja, Igna Tiusadi. 2011. Pengaruh KTSP Terhadap Prestasi Belajar.Online. (Http:// PENGARUH KTSP TERHADAP PRESTASI BELAJAR   HANYA BLOG ORANG BIASA.Html, Diakses 7 September 2014).


15
 
 

You Might Also Like

0 comments: