PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK

6:57 AM nl26.blogspot.com 0 Comments

NAMA            : NURMIYANTI
NIM                : 1371040040
KELAS           : PSIKOLOGI A       

PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK
            Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dengan baik tanpa ada lompatan. Piaget melukiskan urutan urutan tersebut ke dalam empat tahap perkembangan yang berbeda secara kualitatif yaitu : (1) tahap sensorik motor, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional kongkrit dan (4) tahap operasional formal. Meskipun urutan kemunculan tahapan tidak berubah-ubah, tidak mustahil adanya percepatan seseorang melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.
a.       Tahap sensorimotor (0-2 tahun)
Tahap sensori motor ini ada pada usia 0-2 tahun, mulai pada masa bayi ketia ia menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya. Pada masa ini keberadaan bayi masih terikat terhadap orang disekitarnnya bahkan tidak berdaya, tetapi alat-alat inderanya sudah dapat berfungsi.
Tindakannya dimulai dengan respon refleks, kemudian berkembang membentuk representasi mental. Anak dapat meirukan tindakan masa lalu orang lain danmrangcang kesadaran baru untuk memecahkan masalah dengan menggabungkan secara mental skema dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif selama masa sensorimotor, intelegensi anak baru Nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi stimulus sensorik. Dalam masa ini yang penting adalah tindakan-tindakan kongkrit dan bukan tindakan-tidakan yang sebatas khayalan (imaginer), tetapi secara perlahan-lahan melalui pengulangan  dan pengalaman konsep obyek permanen sudah mulai terbentuk, serta anak mulai mampu menemukan kembali obyek yang disembunyikan.

b.      Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Dikatakan praoperasional karena pada tahap ini anak belum memahami pengertian operasional yaitu rses interaksi suatu aktivitas mental, dimana prosesnya bisa kembali pada titik awal berfikir secara logis.
            Sekalipun demikian, pemikiran pada tahap praoperasional terbatas dalam beberapa hal penting. Menurut Piaget, pemikiran itu khas bersifat egosentris, anak pada tahap ini sulit membayangkan bagaimana segala sesuatunya tampak dari perspektif orang lain.
            Karakteristik lain dari cara berfikir praoperasional yaitu sangat memusat (centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimentional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi dan mengabaikan dimensi lainnya. Contoh  cara berfikir pada masa ini yaitu : sebuah gelas tinggi raming dan sebuah gelas pendek dan lebar diisi dengan air yang sama banyaknya. Anak ditanya apakah air dalam dua buah gelas tadi sama banyaknya? Anak pada tahap ini kebanyakan menjawab bahwa ada lebih banyak air pada gelas yang tinggi ramping karena gelas tersebut lebih tinggi disbanding gelas yang satu. Hal tersebut terjadi karena anaka belum melihat dua dimensi secara serempak.
 Berfikir praoperasional juga tidak dapat dibalik(irreversible). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan melakukan tindakan tersebut sekali lagi secara mental dalam arah yang sebaliknya. Dengan demikian bila situasi A beralih pada situasi B, maka anak hanya memperhatikan situasi A, kemudian B. ia tidak memperhatikan perpindahan A ke B.
 
c.       Tahap operasional kongkret (7-11 tahun)
Tahap operasional kongkrit dapat digambarkan pada terjadinya perubahan positif ciri-ciri negatif tahap preoperasional, seperti dalam cara berfikir egosentris pada tahap  operasional kongkrit menjadi berkurang, ditandainya oleh desentrasi yang benar, artinya anak mampu memperlihatkan lebih dari sau dimensi secara serempak dan juga untuk menghubungkan dimensi-diensi itu satu sama lain. Oleh karena masalah konservasi sudah dikuasai dengan baik.
Desetrasi dan konservasi ditunjukan dalam eksperimen Piaget yang terkenal mengenai konservasi, yaitu konservasi cairan. Anak diperlihatkan kepada dua gelas identik, kedua gelas tadi berisikan jumlah air yang sama banyaknya. Setelah anak mengetahui bahwa kedua gelas tadi berisikan air berada dalam jumlah yang sama, si peneliti menuangkan air dari satu gelas kedalam gelas yang lebih tinggi dan kurus. Anak kemudian ditanya, apakah gelas yang lebih tinggi itu berisikan air dalam jumlah yang sama, lebih banyak atau lebih sedikit dibandingkan dengan gelas yang satunya ?. Anak-anak pada tahap operasional kongkrit mengetahui bahwa jumlah cairan tetap sama, bahwa suatu perubahan dalam satu dimensi yaitu tinggi cairan di dalam gelas dapat diimbangi dengan perubahan yang sebanding  dalam dimensi lain yaitu lebar gelas. Sama halnya ia dapat mengerti bahwa jumlah tanah liat pada sebuah balok idak berubah bila bentuknya diubah.
Dalam eksperimen konservasi jumlah yang tipikal, satu barisan yang terdiri dari lima kancing dideretkan diatas satu barisan yang juga terdiri dari lima kancing sehingga kedua barisan sama panjangnya. Si anak setuju bahwa kedua barisan memiliki jumlah kancing yang sama. Namun, apabila satu barisan dipendekkan dengan jalan erapatkan jarak kancing-kancingnya, anak preoperasioanal mungkin mengatakan bahwa barisan yang panjang mempunyai kancig yang lebih banyak. Anak pada tahap operasional kongkrit tahu bahwa penyusunan ulang kancing-kancing  tersebut tidak mengubah jumlahnya.
Menurut Piaget, anak pada tahap ini mengerti masalah konservasi karena mereka dapat mlakukan operasi mental yang dapat dibalikkan (reversible). Reversible transformation (transformasi bolak balik) terjadi dalam dua bentuk yaitu : (1) inversion (kebalikan) + A kebalikan dari –B  (perjumlahan kebalikan pengurangan, prkalian kebalikan pembagian), (2) reciprocity (timbal balik), A < B timbale balik B > A (luas permukaan air pada sebuah gelas kompensasi dari tinggi permukaan air dan tinggi permukaan air kompensasi dari luas permukaan air). Ketika sebuah obyek mengalami perubahan  kuantitasnya tidak berubah. Hal ini oleh piaget disebut konservasi.
Seriasi adalah satu lagi karakteristik tahap operasional kongkrit yang merupakan kemampuan menusun obyek menurut beberapa dimensi seperti berat atau ukuran. serasi mengilustrasikan penangkapan anak akan satu hal dari prinsip logis yang penting dan disebut transivitas , yang mengatakan bahwa ada hubungan tetap tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Misalnya, bila A lebih panjang dari B, dan B lebih panjang dari C, maka A pasti lebih panjang dari C. Anak-anak pada tahap ini tahu keabsahan kaidah sekalipun mereka tidak pernah melihat obyek A, B, dan C. kompetensi yang dikemukakan oleh Piaget dinamakan seriasi sangat penting utuk pemahaman hubungan bilangan khususnya dalam matematik.
Pemaham lain pada tahap operasional kongkrit, dapat menalar serentak mengenai bagian dan keseluruhan yang dikenal dengan istilah inklusi kelas. Pemahaman mengenai inklusi kelas ini mengilustrasikan prinsip logis bahwa ada hubungan hirarkis diantara kategori-kategori.
Apabila anak pada tahap ini dihadapkan kepada delapan permen kuning dan empat permen coklat, kemudian ditanya, “mana permen yang lebih banyak, permen kuning ataukah permen coklat ?”. Anak yang berumur lima tahun akan mengatakan “lebih banyak permen kuning”. Jawaban ini menurut Piaget, mencerminkan ketidakmampuan anak untuk bernalar mengenai bagian atau keseluruhan secara serentak.
Walaupun pada anak-anak ini lebih pesat melampaui anak-anak praoperasional dalam penalaran, pemecahan masalah dan logika. Pemikiran mereka masih terbatas pada operasi kongkrit. Pada tahap ini anak dapat mengkonservasi kualitas serta dapat mengurutkan dan mengklasifikasikan obyek secara nyata. Tetapi mereka belum dapat bernalar mengenai abstraksi, proporsi hipotesis. Jadi mereka mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah secara verbal yang sifatnya abstrak. Pemahaman terakhir ini baru dicapai pada tahap operasional formal.
  
d.      Tahap operasional formal (11-16 tahun)
Pada tahap operasional formal anak tidak lagi terbatas padaapa yang dilihat atau didengar ataupun pada masalah yang dekat, tetapi sudah dapat membayangkan masalah dalam fikiran dan pengembangan hipotesis secara logis. Sebagai contoh, jika A < B dan B < C, maka A < C. Logika seperti ini tidak dapat dilakukan oleh anak pada tahap sebelumnya.
Perkembangan lain pada tahap ini ialah kemampuannya untuk berfikir secara sistematis, dapat memikirkan kemungkinankemungkinan secara teratur atau sistematis untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini anak dapat memprediksi berbagai kemungkinan yang terjadi atas suatu peristiwa. Misalnya ketika mengendarai sebuah mobil dan tiba-tiba mogok, maka anak akan menduga mungkin bensinnya habis, businya atau platinanya rusak dan sebab lain yang memungkinkan memberikan dasar atas pemikiran terjadinya mobl mogok. Perkembangan kognitif pada tahapan ini mencapai tingkat perkembangan tertinggi dari tahapan yang dijelaskan Piaget.

TINJAUAN PERPINDAHAN BERFIKIR RAOPERASIONAL KE OPERASIONAL KONGKRIT.

Dari uraian mengenai tahap-tahap perkembangan kognitif di atas, ad sejumlah tugas-tugas yang dapat menggambarkan perpindahan dari berfikir praoperasional ke operasional kongkrit. Tugas-tugas itu dapat dipandang sebagai tugas-tugas kriterium, artinya bila anak dapat menyelesaikan tugasnya maka ia ada dalam stadium operasional kongkrit. Lebih lanjut digambarkan tugas-tugas yang dimaksudkan adalah  sebagai berikut :
1.      Mengatur secara serial : pada tahapan ini bila anak diber tugas untuk mengatur beberapa tongkat yang berlainan panjangnya, maka pada anak tahap praoperasional tidak mampu untuk mengatur beberapa tongkat  panjang pendeknya tongkat tersebut. Lain halnya dengan anak yang sudah berada pada tahap operasional kongkrit, ia dapat melakukan hal seprti itu. Kondisi ini menunjukkan bahwa anaka telah memahami adanya hubungan tetap tertentu diantara kualitas-kualitas obyek. Berfikir relasional antara lebih tinggi, lebih pendek pada tahap operasional kongkrit telah disadari. Berfikir relasional adalah ilustrsi lain dari kemampuan untuk memikirkan lebih dari satu peristiwa secara serentak, karena cara berpikir ini mengisyaratkan perbandingan dua obyek atau lebih.
2.      Klasifikasi : pada tahap praoperasional umur 5-7 tahun anak telah memiliki kemampuan untuk mengklasifikasi beberapa hal sebagai berikut :
3.      Konservasi : kemampuan dalam konservasi jumlah, panjang, subsistansi/isi, berat, banyak air, volume air, dan luas belum dicapai pada tahap preoperasional, serta baru dipahami pada tahap  operasional kongkrit.
4.      Berfikir egosentris : pada tahap preoperasional dikatakan cenderung bersifat egosentris, dimana anak  belum mampu  melihat sesuatu dari sudut perspektif orang lain. Pembuktian ini dilakukan Piaget  melalui tes tiga gunung. Pada tahap operasional kongkrit  anak sudah mulai melepaskan dan dapat melihat sebagaimana adanya yang dilihat orang lain. Pernyataan ini telah banyak dibantah orang, seperti yang dibuktikan Margaret Donalson (1978) dengan menggunakan alat papan menyilang dan tiga geometri (tiga dimensi)  sebagai modifikasi dari  tes tiga gunung.
Bantahan-bantahan seperti yang dipaparkan diatas ternate dalam hal-hal tertentu anak pada tahapan preoperasional dapat melakukan tugas sebagaimana yang dilakukan anak pada tahap operasional kongkrit. Jika hal ini benar, maka ada indikasi lain yang memungkinkan terjadinya pergeseran perkembangan kognitif pada anak. Indikasi kearah itu memang sangat memungkinkan karena kondisi lingkungan dan pengalaman anak saat ini sangat berbeda  dari kondisi lingkungan saat itu.
Jika kita melihat keberadaan lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dengan sarana dan prasarananya yang lengkap serta intervensi pendidikan secara dini dengan waktu belajar yang lebih banyak memungkinkan mendorong anak lebih kearah berfikir yang lebih kritis. Para ahli pendidikan yakin, bahwa lingkungan yang baik akan mmberikan konstribusi yang baik pula terhadap perkembangan belajar anak.

Sumber :
Hadis, Fawzia Aswin, (tt). Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Edisi kesebelas. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga.

You Might Also Like

0 comments: