PAPER GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

3:26 AM nl26.blogspot.com 0 Comments

hai teman-teman... kali ini saya akan menshare ngenai Psikologi kepemimpinan khususnnya yaitu paper gaya kepemimpinan transformasional dan gaya kepemimpinan transformasional. paper ini saya buat dari referensi jurnal dan skripsi mengenai kepemimpinan. saya harap artikel yang saya share mampu membantu teman-teman mengerjakan tugas Psikologi kepemimpinannanya. jangan lupa share :)

GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

Gaya Kepemimpinan Transformasional
Konsep awal mengenai model kepemimpinan transformasional dikembangkan oleh James McGregor Burns yang menerapkannya dalam konteks politik dan selanjutnya ke dalam konteks organisasional oleh Bernard Bass. Burns (Budiarto & Selly, 2004) mendefinisikan transforming leadership (kepemimpinan transformasional) sebagai sebuah proses dengan pimpinan dan bawahan saling meningkatkan tingkat moralitas dan motivasi satu sama lainnya, serta dapat diterapkan oleh siapa saja dalam organisasi pada kedudukan apapun.
Konsep awal kepemimpinan transformasional Bass (Budiarto & Selly, 2004)  meliputi tiga tipe perilaku transformasional: karisma (charisma), stimulasi intelektual (intellectual stimulation), perhatian individual (individual consideration). Karisma juga sering disebut sebagai pengaruh ideal (idealized influence) yang merupakan perilaku membangkitkan emosi bawahan yang kuat dan identifikasi bawahan pada pimpinannya. Menurut Bass, karisma adalah bagian yang penting dari kepemimpinan transformasional, namun karisma itu sendiri tidak cukup bagi proses transformasional.
Mengacu pada teori Burns, Bass (Budiarto & Selly, 2004) menjelaskan kepemimpinan transformasional dalam kaitan dengan dampaknya terhadap bawahan: mereka percaya kepada atasannya, menghormati, setia, dan termotivasi untuk melakukan suatu tugas dengan baik bahkan hingga di luar batas yang telah disepakati bersama sebelumnya. Berkaitan dengan pengaruh gaya kepemimpinan transformasional terhadap perilaku karyawan, Podsakoff dkk. (Tondok & andarika, 2004) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional merupakan faktor penentu yang mempengaruhi sikap, persepsi, dan perilaku karyawan di mana terjadi peningkatan kepercayaan kepada pemimpin, motivasi, kepuasan kerja dan mampu mengurangi sejumlah konflik yang sering terjadi dalam suatu organisasi.
Menurut Bass ((Budiarto & Selly, 2004) pemimpin transformasional merubah dan memotivasi bawahannya dengan cara: (a) membuat mereka semakin sadar akan pentingnya hasil dari tugas mereka (outcome); (b) membujuk (induce) mereka untuk mendahulukan kepentingan kelompok atau bersama daripada kepentingan pribadi mereka; dan (c) mengaktifkan kebutuhan yang lebih tinggi. Sehingga, Pemimpin transformasional mengevaluasi kemampuan dan potensi masing-masing bawahan untuk menjalankan suatu tugas/pekerjaan, sekaligus melihat kemungkinan untuk memperluas tanggung jawab dan kewenangan bawahan di masa mendatang (Nugroho, dalam Maulizar, Musnadi & Yunus, 2012).

Gaya Kepemimpinan Transaksional
Berhubungan dengan konsep kepemimpinan transaksional, Bass (Budiarto & Selly, 2004) berpendapat bahwa praktek kepemimpinan transaksional didasarkan pada asas pertukaran, yang mana pemimpin dan bawahan saling mempercayai secara timbal balik sehingga masing-masing memperoleh suatu nilai.  Lebih lanjut menurut Gronn dan Stoner, et al. (Budiarto & Selly, 2004) pemimpin transaksional menaruh fokus pada kekinian dan kesuksesan dalam mempertahankan organisasi berjalan dengan mulus dan efisien. karena kepemimpinan transaksional mengarahkan komitmen bawahan untuk mengikuti aturan yang ada maka pemimpin yang transaksional cenderung untuk mempertahankan stabilitas daripada mempromosikan perubahan.    
Teori transaksional memiliki dua tipe perilaku transaksional yaitu imbalan kontingensi (contingent reward) dan manajemen dengan eksepsi (management by exception). Manajemen dengan eksepsi dibagi menjadi dua perilaku yaitu passive management by exception dan active management by exception (Bass, dalam Budiarto & Selly, 2004). Perilaku imbalan kontingensi meliputi klarifikasi tugas, tanggung jawab, dan pengharapan yang dibutuhkan untuk memperoleh imbalan dan juga penggunaan insentif dan imbalan untuk mengontrol motivasi bawahan (Yulk,Felfe & Schyns, dalam Budiarto & Selly, 2004). Sementara itu, manajemen pasif dengan eksepsi (passive management by exception) meliputi penggunaan hukuman kontingensi dan tindakan koreksi lainnya terhadap perilaku yang menyimpang dari performansi standar yang telah dilakukan (Yulk; Bass & Steidlmeier ; Bass & Avolio dikutip Budiarto & Selly, 2004). Sedangkan manajemen aktif dengan eksepsi (active management by exception) meliputi pengawasan terhadap bawahan dan pemberian tindakan korektif dalam rangka menjamin pekerjaan terlaksana secara efektif (Yulk,; Bass & Steidlmeier dalam Budiarto & Selly, 2004).
Kepemimpinan transaksional (transactional leadership) mendasarkan diri pada prinsip transaksi atau pertukaran antara pemimpin dengan bawahan. Pemimpin memberikan imbalan atau penghargaan tertentu (misalnya, bonus) kepada bawahan jika bawahan mampu memenuhi harapan pemimpin (misalnya, kinerja karyawan tinggi). Di sisi lain, bawahan berupaya memenuhi harapan pemimpin disamping untuk memperoleh imbalan atau penghargaan, juga untuk menghindarkan diri dari sanksi atau hukuman. Di sini tercipta hubungan mutualisme dan kontribusi kedua belah pihak akan memperoleh imbalan (Bass, Humphreys, Liu, Yammarino dalam Maulizar, Musnadi & Yunus, 2012).

Perbedaan Gaya Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Babou (Syahrir, 2012) membedakan gaya kepemimpinan transaksional da Transformasional yang dapat dilihat pada table berikut:

Gaya Kepemimpinan Transaksional
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin menyadari hubungan antara usaha dan imbalan
Pemimpin membangkitkan emosi bawahan agar termotivasi da bertindak di luar apa yang diharapkan
Orientasi dasarnya pemimpin adalah berurusan dengan masalah yang sedang di hadapi
Pemimpin dibedakan oleh kapasitas mereka dalam menginspirasi dan memberikan pertimbangan individual, stimulasi intelektual dan pengaruh ideal untuk pengikutnya.
Mengandakan bentuk standar pekerjaan, penghargaan, dan sanksi untuk mengontrol bawahan
Menciptakan kesempatan belajar bagi bawahan mereka dan merngsang bawahan untuk memecahkan masalah
Memotivasi pengikutnya untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dan menjanjikan penghargaan sesuai dengan kinerja yag dilakukan
Memiliki visi yang jelas, keterampilan retoris dan manajemen, untuk mengembangkan ikatan emosional yang kuat dengan bawahan.
Memperkuat bawahan untuk berhasil menyelesaikan pekerjaan yang telah disepakati.
Memotivasi pengikut agar bekerja untuk mencapai target lebih dari yang diharapkan dan bekerja mengutamakan kepentingan bersama dan mengenyampingkan kepentingan pribadi.

You Might Also Like

0 comments: